Jumat, 25 November 2022

Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah

 Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah



1. As-Suhrawardi al-Maqtul (Ilmuan Teosofis)

Nama lengkapnya Abu Al-Futuh Yahya bin Habash bin Amirak Shihab al-Din

as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/ 1153 M di Suhraward, sebuah

kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan. Ia memiliki banyak gelar

diantaranya, Shaikh al-Ishraq, Master of Illuminationist, al-Hakim, ash-Shahid, the

Martyr, dan al-Maqtul.

Suhrawardi melakukan banyak perjalanan untuk menuntut ilmu. Ia pergi ke

Maragha, di kawasan Azerbaijan. Di kota ini, Suhrawardi belajar filsafat, hukum dan

teologi kepada Majd Al-Din Al-Jili. Juga memperdalam filsafat kepada Fakhr al-

Din al-Mardini. Selanjutnya ke Isfahan, Iran Tengah dan belajar logika kepada Zahir

Al-Din Al-Qari. Juga mempelajari logika dari buku al-Basa’ir al-Nasiriyyah karya

Umar ibn Sahlan Al-Sawi. Dari Isfahan dilanjutkan ke Anatolia Tenggara dan

diterima dengan baik oleh pangeran Bani Saljuq. Setelah itu pengembaraan

Suhrawardi berlanjut ke Persia, pusat lahirnya tokoh-tokoh sufi. Di sini Suhrawardi

tertarik seorang sufi sekaligus filosof.

 Ajaran Tarekat Suhrawardi

Dalam kitab Awarif al-Ma’arif dibahas tentang latihan rohani praktis, terdiri

dari:

a. Ma’rifah, yaitu mengenal Allah melalui

sifat-sifat Allah, bahwa Allah saja-lah

Wujud Hakiki dan Pelaku Mutlak.

b. Faqr, yaitu tidak memiliki harta;

seorang penempuh jalan hakikat tidak

akan sampai ke tujuan, kecuali jila

sudah melewati tahap ke-zuhud-an.

c. Tawakkal, yaitu mempercayakan segala

urusan kepada Pelaku Mutlak (Allah).

d. Mahabbah, artinya Cinta kepada Allah.

e. Fana’ dan Baqa’; Fana’ artinya akhir

dari perjalanan menuju Allah, sementara Baqa’ artinya awal dari perjalanan

dalam Allah.

As-Suhrawardi mendapatkan gelar “Al-Maqtul” yang artinya terbunuh, karena

mendapatkan fitnah dari sebagian orang yang menuduhnya telah mengajarkan aqidah

yang sesat dan akhirnya dihukum mati oleh pengeran Az-Zahir, putra Sultan

Salahuddin Al-Ayyubi atas desakan dari beberapa pihak.

 Pemikiran Teosofis Suhrawardi

Pemikiran teosofi Suhrawardi disebut konsep cahaya (iluminasi, ishraqiyyah)

yang lahir sebagai perpaduan antara rasio dan intuisi. Istilah ishraqi sendiri

sebagai simbol geografis mengandung makna timur sebagai dunia cahaya. Proses

iluminasi cahaya-cahaya Suhrawardi dapat diilustrasikan sebagai berikut: dimulai

dari Nur al-Anwar yang merupakan sumber dari segala cahaya yang ada. Ia Maha

Sempurna, Mandiri, Esa, sehingga tidak ada satupun yang menyerupai-Nya. Ia

adalah Allah. Nur Al-Anwar ini hanya memancarkan sebuah cahaya yang disebut

Nur Al-Aqrab. Selain Nur Al-Aqrab tidak ada lainnya yang muncul bersamaan

dengan cahaya terdekat. Dari Nur Al-Aqrab (cahaya pertama) muncul cahaya

kedua, dari cahaya kedua muncul cahaya ketiga, dari cahaya ketiga timbul cahaya

keempat, dari cahaya keempat timbul cahaya kelima, dari cahaya kelima timbul

cahaya keenam, begitu seterusnya hingga mencapai cahaya yang jumlahnya

sangat banyak.


Pada setiap tingkat penyinaran setiap cahaya menerima pancaran langsung dari

Nur Al-Anwar, dan tiap-tiap cahaya dominator meneruskan cahayanya ke masing-

masing cahaya yang berada di bawahnya, sehingga setiap cahaya yang berada di

bawah selalu menerima pancaran dari Nur Al-Anwar secara langsung dan

pancaran dari semua cahaya yang berada di atasnya sejumlah pancaran yang

dimiliki oleh cahaya tersebut. Dengan demikian, semakin bertambah ke bawah

tingkat suatu cahaya maka semakin banyak pula ia menerima pancaran.

Karya-karya Suhrawardi diantaranya: kitab At-Talwihat al-Lauhiyyat al-

‘Arshiyyat, Al-Muqawamat, dan Hikmah al-‘Ishraq yang membahas aliran

paripatetik; Al-Lamahat, Hayakil al-Nur, dan Risalah fi al-‘Ishraq yang

membahas filsafat yang disusun secara singkat dengan bahasa yang mudah

dipahami; Qissah al-Ghurbah al Gharbiyyah, Al-‘Aql al-Ahmar, dan Yauman

ma’a Jama’at al-Sufiyyin’ ulasan penjelasan sufistik menggunakan lambang yang

sulit dipahami dan, Risalah al-Tair dan Risalah fi al-‘Ishq terjemahan dari

filsafat klasik, dan Al-Waridat wa al-Taqdisat berisi serangkaian do’a, dan lain-

lain.

2. Ibn Al-Adhim, Sejarawan Masyhur (588-660 H/ 1192- 1262 M)

Nama lengkapnya, Kamaluddin Abu al Qosim Umar bin Ahmad bin

Haibatullah bin Abi Jaradah Al Aqil, berasal dari bani Jaradah yang bermigrasi

dari Bashrah ke Allepo karena wabah penyakit. Al-Adhim lahir di Allepo,

ayahnya menjadi Qadhi Madzhab Hanafi di kota itu. Sejak tahun

616H/1219M, mulai mengajar di Allepo, setelah mendalami berbagai

pengetahuan di Allepo, Baitul Maqdis, Damaskus, Hijaz dan Irak.

Kemudian menjadi Qadhi di Allepo pada zaman Amir Al- Aziz dan Al-Nashir

dari dinasti Ayubiyah di Allepo, dan menjadi dubes kedua penguasa ini di

Baghdad dan Kairo.

Karya-karya Al-Adhim diantaranya, Zubdah al hallab min tarikh Hallaba,

Bughyah at Thalib fi Tharikh Halaba, tentang sejarah Allepo / Halaba yang

disusun secara alfabetik terdiri dari 40 juz atau 10 jilid.

Al-Adhim, melarikan diri ke Kairo hingga wafat, ketika tentara Mongol

menguasai halaba/ Allepo pada tahun 658 H / 1160 M.

3. Al-Bushiri, Sastrawan Penulis Qasidah

Burdah

Nama lengkapnya Sarafuddin Abu

Abdillah Muhammad bin Abdullah as

Shanhaji al Bushiri, lahir pada tahun 1212

M di Maroko. Al-Bushiri seorang sufi besar,

pengikut Thariqat Syadziliyah, dan menjadi

salah satu murid Sulthonul Auliya Syeikh

Abul Hasan Asy-Syadzily, r.a. Gurunya

yang lain beberapa ulama tasawuf seperti

Abu Hayyan, Abu Fath bin Ya’mari dan Al

‘Iz bin Jama’ah al Kanani Al Hamawi.

Sejak masa kanak-kanak, dididik olek ayahnya sendiri dalam mempelajati Al-

Qur’an untuk memperdalam ilmu agama dan kesusastraan Arab.

Al-Bushiri dikenal sebagai orang yang wara’ (takut dosa). Pernah suatu ketika

ia akan diangkat menjadi pegawai pemerintahan kerajaan Mesir, akan tetapi

melihat perilaku pegawai kerajaan membuatnya menolak.

Al-Bushiri lebih menonjol dalam bidang sasra dengan hasil karyanya yang

terkenal yaitu Kasidah Burdah yang diciptakannya pada abad 7 Hijrah dan dibaca

dalam berbagai acara. Kasidah Burdah adalah mutiara syair kecintaan kepada

Rasulullah. Puisi Pujian Al-Bushiri kepada Nabi tidak terbatas pada sifat dan

kualitas pribadi Nabi, tetapi mengungkap kelebihan Nabi yang utama yaitu

mukjizat Al-Quran.

Beberapa ulama sufi yang menjadi guru Al-Bushiri, diantaranya, terutama

pada bidang Imam Abu Hayyan, Abul Fath bin Sayyidunnas Al-Ya’mari Al

Asybali Al Misri pengarang kitab ‘Uyunul Atsar fi Sirah Sayyidil Basyar, Al ‘Iz

bin Jama’ah Al Kanani Al Hamawi salah seorang hakim di Mesir, dan masih

banyak lagi kalangan ulama besar Mesir yang memberikan ilmu pengetahuannya

kepada Al-Bushiri.

Al Bushiri sebenamya tak hanya, terkenal dengan karya Burdahnya saja. la

juga dikenal sebagai seorang ahli fikih, ilmu kalam dan ahli tasawuf.

4. Abdul Latief Al Baghdadi, Ahli Ilmu Mantiq (Logika)

Seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama Al-Azhar

lainnya, ahli ilmu mantiq, bayan, Hadist, fiqh, ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu

lainya, sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam pengembangan dan

penyebaran madzhab Sunni di Mesir.

5. Abu Abdullah Al Quda’i, Ahli Ilmu Fiqih

Ahli fiqih, hadis dan sejarah, beberapa karyanya adalah Asy Syihab (Bintang),

Sanadus Sihah (Perawi Hadis-Hadis Sahih), Manaqib al Imam Asy Syafi’i (Budi

Pekerti Imam Syafi’i), Anba’ Al Anbiya’ (Cerita Para Nabi), ‘Uyun al Ma‘arif

(Mata Air Ilmu Pengetahuan), Al Mukhtar fiz Zikir al Khutat wa Al Asar (Buku

Sejarah Mesir).

6. Para ilmuan muslim lainnya seperti :

Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi, seorang ahli geografi dan juga ahli

botani yang mencatat penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat an-

Nabat (Kitab kumpulan dan Tanaman). Ad-Dawudi, seorang ahli botani,

pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar Ma’rifah wa al-Ahjar wa al-

Asyjar (kitab komprehensif tentang Identifikasi Tanaman, Bebatuan, dan

Pepohonan). Syamsuddin Khalikan, seorang ahli sejarah yang mengarang kitab

wafiyyat al-‘Ayan. Abul Qosim al-Manfaluti, sosok ulama yang ahli dalam

bidang ilmu fiqih. Al Hufi, ilmuan ahli tata bahasa Arab. Abu Abdullah

Muhammad bin Barakat, ulama ahli nahwu (gramatika bahasa Arab) dan ahli

tafsir Al-Qur’an.


0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

About

Facebook

Popular Posts

Blog Archive

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

About

Copyright © Rumah Belajar Online | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com