DAULAH ABBASIYAH
MEMBANGUN PERADABAN ISLAM
A. Sejarah Berdirinya Daulah Abbasiyah
Sejarah terbentuknya Daulah Abbasiyah tidak dapat terlepas dari perjalanan sejarah
Daulah Umayyah. Pada awal terbentuknya, Daulah Umayyah mengalami masa kejayaan.
Beragam prestasi mampu dicapai pemerintah Daulah Umayyah, keadaan ini berlangsung
hingga masa pemerintahan khalifah al Walid bin Abdul Malik. Setelah itu, kemunduran
Daulah Umayyah makin tampak. Sepeninggal khalifah Hisyam bin Abdul Malik,
kemunduran itu semakin tampak. Kekacauan terjadi dimana-mana, pertikaian internal
Keluarga tak terhindarkan.
sejarah Islam dimulai dengan membaca dan memahami teks tentang proses
terbentuknya Daulah Abbasiyah, mari kita membaca dan memahami materi berikut
a. Faktor Pendukung Terbentuknya Daulah Abbasiyah
Tentunya kalian masih ingat tentang Daulah Umayyah yang berkuasa selama
90 tahun (660 – 750 M). Sejarawan mencatat cukup banyak kemajuan yang
dicapai Daulah Umayyah, mulai wilayah kekuasaan yang membentang dari India
hingga Afrika Utara, sistem administrasi pemerintahan yang tertata dengan rapih,
penyebaran Islam hingga ke dataran Eropa, hingga kemajuan ilmu pengetahuan.
Terbentuknya Daulah Abbasiyah disebabkan beberapa faktor pendukung.
Antara lain :
1. Perpecahan internal keluarga Daulah
Umayyah dan kekisruhan politik dalam
negeri.
2. Munculnya gerakan perlawanan terhadap
pemerintah Daulah Umayah yang
dilakukan oleh : kelompok Mawali, kelompok Dahaq bin Qais Asy-Syaibani,
dan kelompok Syiah yang menilai tampuk kekuasaan khalifah adalah hak
keturunan Ali bin Abi Thalib dan ingin menuntut balas atas terbunuhnya Husain
bin Ali di Karbala.
3. Perpecahan kelompok suku Arab Utara dan Arab Selatan.
4. Kekecewaan Ulama dan tokoh agama kepada Khalifah Marwan bin Muhammad
yang dinilai tidak memiliki sikap negarawan yang baik.
5. Wafatnya Khalifah Marwan bin Muhammad (khalifah terakhir Daulah
Umayyah) setelah kalah dalam pertempuran di tepi sungai Zab, Irak di tahun
132 H/750 M.
b. Proses Berdirinya Daulah Abbasiyah
Babak ketiga dalam drama besar politik Islam ditandai dengan berdirinya
Daulah Abbasiyah, mereka menyebut dirinya dengan Daulah. Menandakan sebuah era baru, dan memang benar-benar menjadi era baru. Dinamakan Abbasiyah,
karena pendiri Daulah ini merupakan keturunan Abbas bin Abdul Muthalib,
paman Nabi Muhammad Saw. Daulah Abbasiyah berkuasa dalam rentang waktu
yang panjang selama 550 tahun (750 – 1258 M). Berpusat di Baghdad, Irak
sebagai ibu kota, wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah membentang luas meliputi
Asia Barat, Asia Selatan, Afrika Utara hingga Eropa.
Lembar sejarah dari proses berdirinya Daulah Abbasiyah tidak terlepas dari
sosok keluarga Bani Abbas bernama Ali bin Abdullah. Sebagai sepupu Rasulullah
Saw, ia merasa yang paling berhak menjadi pemimpin setelah Khulafa’ur
Rasyidin. Ali bin Abdullah melakukan propaganda anti Daulah Umayyah, ia
mencoba meraih simpati masyarakat luas dengan menamakan gerakan
propagandanya sebagai keluarga Bani Hasyim. Tetapi sebelum usahanya itu
terwujud, Ali bin Abdullah wafat di tahun 124 H/742 M.
Ambisi Ali bin Abdullah selanjutnya dilanjukan oleh putranya yaitu
Muhammad bin Ali. Dalam rangka mewujudkan cita-citanya itu ia menjadikan
kota Kuffah dan Khurasan sebagai basis gerakan anti Daulah Umayyah. Di kota
Khurasan Muhammad bin Ali mendapat dukungan dari pemimpin masyarakat
Khurasan yaitu Abu Muslim al Khurasani. Namun, Muhammad bin Ali lebih dulu
wafat di tahun 127 H/745 M sebelum cita-citanya meraih kekuasaan terwujud.
Ibrahim bin Muhammad bertekad melanjutkan perjuangan para
pendahulunya sepeninggal Muhammad bin Ali. Gerakan yang dilakukan Ibrahim
bin Muhammad mendapat perhatian khusus dari Khalifah Marwan bin
Muhammad (Khalifah terakhir Daulah Umayyah) dan menganggapnya sebagai
ancaman negara. Untuk meredam gerakan Ibrahim bin Muhammad, pada tahun
128 H/746 M Ibrahim bin Muhammad tertangkap oleh pasukan Daulah Umayyah
dan wafat dalam pengasingan.
Wafatnya Ibrahim bin Muhammad membuat keluarga Bani Abbas semakin
gencar melakukan pemberontakan. Dibantu oleh Abu Muslim Al-Khurasani, Abu
Abbas As-Saffah dan Abu Ja’far Al-Mansyur melakukan penyerangan terhadap
kota-kota penting Daulah Umayyah dan menguasainya. Keadaan ini membuat
Khalifah Marwan bin Muhammad tidak bisa berbuat apa-apa hingga ia terkepung
di kota Damaskus, Syiria. Walaupun ia berhasil melarikan diri ke Yordania dan
Palestina, Khalifah Marwan bin Muhammad tertangkap di kota Fustat, Mesir dan wafat di sana. Dengan wafatnya Khalifah Marwan bin Muhammad, maka
berakhirlah era pemerintahan Daulah Umayyah.
Dalam masa konflik itu, ada salah seorang keturunan Daulah
Umayyah yaitu Abdurrahman bin Mu’awiyah bin Hisyam bin
Abdul Malik, atau yang lebih dikenal dengan Abdurrahman Ad-
Dakhil. Ia berhasil pergi ke Andalusia dan membangun imperium
kekuasaan Daulah Umayyah ke 2.
Mozaik Sejarah :
Tokoh penting dalam proses berdirnya Daulah Abbasiyah :
a. Ali bin Abdullah (w. 124 H/742 M)
b. Muhammad bin Ali (w. 127 H/745 M)
c. Ibrahim bin Muhammad (w. 128 H/746 M)
d. Abul Abbas As-Saffah (Khalifah pertama)
e. Abu Ja’far al Mansyur (dalam perjalanan sejarah, kelak menjadi khalifah ke 2)
c. Para Pemimpin Daulah Abbasiyah
Daulah Abbasiyah berkuasa
selama lima setengah abad (132 – 656
H / 750 – 1258 M). Dalam masa
kekuasaannya tersebut ada 37 khalifah
yang pernah memimpin, mereka telah
banyak mengukir prestasi dalam
berbagai bidang seperti, kemajuan di
bidang administrasi pemerintahan,
kemajuan bidang ilmu pengetahuan,
kemajuan bidang politik, kemajuan
bidang militer, kemajuan bidang ekonomi, arsitektur, dan sebagianya.
1. Abul Abbas As-Saffah (Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-
Abbas), (750 – 754 M).
2. Abu Ja’far Al-Mansyur (Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin
Al-Abbas), (754 – 775 M).
3. Al-Mahdi (Muhammad bin Abu Ja’far Al-Mansyur), (775 – 785 M).
4. Musa Al-Hadi (Musa bin Al-Mahdi bin Al-Mansyur), (785 – 786 M).
5. Harun Ar-Rasyid (Harun bin Al-Mahdi bin Al-Mansyur), (786 – 809 M).
6. Al-Amin (Muhammad bin Harun Ar-Rasyid), (809 – 813 M).
7. Al-Ma’mun (Abdullah bin Harun Ar-Rasyid), (813 – 833 M).
8. Al-Mu’tashim (Muhammad bib Harun Ar-Rasyid), (833 – 842 M).
9. Al Watsiq Billah (Harun bin Al-Mu’tashim bin Ar-Rasyid), (842 – 847 M).
10. Al Mutawakkil ‘Alallah (Ja’far bin Al-Mu’tashim bin Ar-Rasyid), (847 – 861
M).
11. Al-Muntashir Billah (Muhammad bin Al-Mutawakkil bin Al-Mu’tashim), (861
– 862 M).
12. Al-Musta’in (Al-Abbas bin Al-Mutawakkil), (862-866 M).
13. Al-Mu’tazz Billah (Muhammad bin Al-Mutawakkil bin Al-Mu’tashim), (866 –
869 M).
14. Al-Muhtadi Billah (Muhammad Al-Watsiq bin Al-Mu’tashim), (869 – 870 M).
15. Al-Mu’tamad ‘Alallah (Ahmad bin Al-Mutawakkil bin Al-Mu’tashim), (870 –
892 M).
16. Al Mu’tadhid Billah (Ahmad bin Al-mUwaffaq Thalhah bin Al-Mutawakkil
bin Al-Mu’tashim), (892 – 902 M).
17. Al-Muktafi Billah (Ali bin Al-Mu’tadhid), (902 – 908 M).
18. Al Muqtadir Billah (Ja’far bin Al-Mu’tadhid), (908 – 932 M).
19. Al-Qahir Billah (Muhammad bin Al-Mu’tadhid), (932 – 934 M).
20. Ar-Radhi Billah (Muhammad bin Al-Muqtadir bin Al-Mu’tadhid), (934 – 940
M).
21. Al-Muttaqi Lillah (Ibrahim bin Al-Muqtadir bin Al-Mu’tadhid), (940 – 944 M).
22. Al-Mustakfi Billah (Ali bin Al-Mu’tadhid), (944 – 946 M).
23. Al-Muthi’ Lillah (Al-Fadhl bin Al-Muqtadir bin Al-Mu’tadhid), (946 – 974 M).
24. At-Thai’ Lillah (Abdul Karim bin Al-Muthi’ bin Al-Muqtadhid), (974 – 991 M)
25. Al-Qadir Billah (Ahmad bin Ishaq bin Al-Muqtadir), (991 – 1031 M).
26. Al-Qaim Biamirillah (Abdullah bin Al-Qadir Billah), (1031 – 1075 M).
27. Al-Muqtadi Biamirillah (Abdullah bin Muhammad bin Al-Qaim Biamirillah),
(1075 – 1094 M).
28. Al-Mustazhhir Billah (Ahmad bin Al-Muqtadi Biamirillah), (1094 – 1118 M).
29. Al-Mustarsyid Billah (Al-Fadhl bin Al-Mustazhhir Billah), (1118 – 1135 M).
30. Al-Rasyid Billah (Mansyur bin Al-Mustazhhir Billah), (1135 – 1136 M).
31. Al-Muqtafi Liamirillah (Muhammad bin Al-Mustazhhir Billah), (1136 – 1160
M).
32. Al-Mustanjid Billah (Yusuf bin Al-Muqtafi Liamirillah), (1160 – 1170 M)
33. Al-Mustadhi’ Biamirillah (Al-Hasan bin Al-Mustanjid Billah), (1170 – 1180
M).
34. An-Nashir Lidinillah (Ahmad bin Al-Mustadhi Biamirillah), (1180 – 1225 M).
35. Az-Zahir Biamirillah (Muhammad bin An-Nashir Lidinillah), (1225 – 1226
M).
36. Al-Mustanshir Billah (Mansyur bin Az-Zahir Biamirillah), (1226 – 1242 M).
37. Al-Musta’shim Billah (Abdullah bin Al-Mustanshir Billah), (1242–1258 M).
Bingkai Khazanah :
- Daulah Abbasiyah menerapkan sistem pemerintahan Monarki,
dimana Khalifah dipilih berdasarkan garis keturunan dan rakyat
harus tunduk menrimanya.
- Di Indonesia menerapkan Demokrasi Pancasila, dimana Presiden
dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum (PEMILU)
d. Keruntuhan Daulah Abbasiyah
Kekhilafahan daulah Abbasiyah tidak dapat lagi mengendalikan dan
mengawasi jalannya roda pemrintahan daerah di wilayah kekuasaan daulah
Abbasiyah sepanjang kawasan Mediterania dengan Asia Tengah.
Akibatnya, muncul disintegrasi antara kekuatan-kekuatan sosial dan
kelompok-kelompok moral. Seiring dengan itu, terjadi kehancuran semangat juang
bangsa Arab, perbudakkan, kehidupan mewah, minum-minuman keras, nyanyi-
nyaian yang rutin dipertunjukan dilingkungan istnana, merupakan faktor lain yang
melemahkan semangat juang dan menghasilkan generasi pewaris takhta yang
lemah.
Ada dua faktor penyebab keruntuhan Daulah Abbasiyah, faktor internal dan
faktor eksternal.
1. Faktor internal lebih banyak berperan sebagai penyebab kehancuran Daulah
Abbasiyah diantaranya ;
a. Hubbud Dunya (kecintaan yang berlebihan terhadap kemewahan dunia).
Periode awal Daulah Abbasiyah berkuasa menghasilkan kemakmuran dan
kemewahan hidup di kalangan penguasa. Kondisi ini mendorong generasi
khalifah berikutnya untuk hidup lebih mewah dari khalifah sebelumnya, hal
ini menyebabkan pemborosan uang kas negara.
b. Konflik keluarga Daulah Abbasiyah yang berujung pada perebutan
kekuasaan. Pada periode kedua kekhalifahan Daulah Abbasiyah, perebutan
kekuasaan nampak jelas. Pada periode ini, hanya empat khalifah yang
meninggal secara wajar. Selebihnya para khalifah ada yang meninggal
diracun, dibunuh, dan diturunkan paksa.
c. Meningkatnya konflik keagamaan. Konflik antara kelompok Sunni-Syiah
sejak masa khalifah Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan tidak
pernah selesai hingga masa Daulah Abbasiyah.
d. Melemahnya jiwa patriotisme dan Nasionalisme. Daulah Abbasiyah banyak
memperoleh kemakmuran, sehingga mampu membayar tentara asing dari
Turki untuk menjaga keamanan dan pertahanan negara. Persoalan ini
memicu merosotnya jiwa patriotisme dan nasionalisme rakyat Daulah
Abbasiyah.
2. Faktor eksternal ;
Penyerangan tentara Mongol atas Baghdad (ibu kota Daulah Abbasiyah)
yang dipimpin oleh Hulagu Khan pada 1258 M, saat itu Daulah Abbasiyah
dipimpin oleh Al-Mu’tashim Billah. Setelah kota Baghdad hancur dan khalifah
Daulah Abbasiyah terbunuh, berakhirlah kekuasaan Daulah Abbasiyah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, dunia muslim tanpa khalifah yang namanya
biasa disebut-sebut dalam sholat Jum’at.
a. Banyak muncul pemberontakan
Setelah periode kedua, kekhalifahan Daulah Abbasiyah tidak sekuat
para pendahulunya. Kebijakan pemerintahan yang tidak berpihak kepada
rakyat, tingginya pajak yang dibebankan kepada rakyat, mengakibatkan
banyak daerah-daerah yang memberontak dan memisahkan diri dari
pemerintah pusat Daulah Abbasiyah.
b. Dominasi bangsa Turki dan bangsa Persia
Bangsa Turki dan bangsa Persia (Bani Buwaihi) banyak menguasai
pemerintahan dan mempengaruhi kebijakan khalifah. Segala persoalan
terkait jalannya roda pemerintahan dikendalikan oleh bangsa Turki dan
bangsa Persia. Kedudukan khalifah Daulah Abbasiyah benar-benar hanya
sebatas pemerintahan boneka saja.
0 komentar:
Posting Komentar