Jumat, 25 November 2022

PEMIMPIN BESAR DAN ILMUWAN ISLAM MASA DAULAH AYYUBIYAH

PEMIMPIN BESAR DAN ILMUWAN ISLAM

MASA DAULAH AYYUBIYAH



Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi dikenal sebagai seorang pemimpin yang sangat

memperhatikan pendidikan dan kesejahteraan ekonomi rakyatnya. Ia begitu giat

mendorong studi keagamaan, membangun bendungan, menggali terusan, serta

mendirikan dan masjid.

Setelah Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi meninggal dunia, daerah kekuasaannya

yang begitu luas terbentang mulai dari sungai Tigris hingga sungai Nil. Dinasti

Ayyubiyah selama lebih kurang 79 tahun Daulah Al-Ayyubiyah berkuasa, terdapat 9

orang penguasa yakni sebagai berikut :

1. Sultan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (564-589 H/ 1171-1193 M)

2. Sultan Al-Aziz Imaduddin (589-596 H/1193-1198 M)

3. Sultan Al-Mansur Nasiruddin (595-596 H/ (1198-1200 M)

4. Sultan Al-Adil Saifuddin (596-615 H/1200-1218 M)

5. Sultan Al-Kamil Muhammad (615-635 H/ 1218-1238 M)

6. Sultan Al-Adil Saifuddin (635-637 H/ 1238-1240 M)

7. Sultan As-Saleh Najmuddin (637-647 H/ 1240-1249 M)

8. Sultan al-Mu’azzam Turansyah (647 H/ 1249-1250 M)

9. Sultan al-Asyraf Muzaffaruddin (647-650 H/ 1250-1252 M)

Diantara 9 (sembilan) penguasa tersebut terdapat beberapa penguasa yang

terkenal, yaitu : Sultan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M), Malik Al-

Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M), dan Malik Al-Kamil Muhammad

(1218-1238 M).


a. Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi (564-589 H/ 1171-1193 M)

 Biografi

Nama lengkapnya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi Abdul Muzaffar Yusuf

bin Najmuddin bin Ayyub. Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi.

Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah

(migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke

daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532

H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa benteng Seljuk di Tikrit. Saat

itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanky,

gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut

wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah

Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat

Raja Suriah Nuruddin Mahmud.

Pendidikan masa kecilnya, Shalahuddin dididik ayahnya untuk menguasai

sastra, ilmu kalam, menghafal Al Quran dan ilmu hadits di madrasah. Dalam

buku-buku sejarah dituturkan bahwa cita-cita awal Shalahuddin ialah menjadi

orang yang ahli di bidang ilmu-ilmu agama Islam (ulama). Ia senang

berdiskusi tentang ilmu kalam, Al-Qur’an, fiqih, dan hadist. Selain mempelajari ilmu-ilmu agama, Shalahuddin mengisi masa

mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah

itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di

Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni

selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana

Nuruddin. Dari kecil sudah terlihat karakter kuat

Salahudin yang rendah hati, santun serta penuh

belas kasih. Salahudin tumbuh di lingkungan

keluarga agamis dan dalam lingkungan keluarga

ksatria.

Dunia kemiliteran semakin diakrabinya setelah Sultan Nuruddin

menempatkan ayahnya sebagai kepala divisi milisi di Damaskus dan pada

umur 26 tahun, Shalahuddin bergabung dengan pasukan pamannya

(Asaduddin Syirkuh), dalam memimpin pasukan muslimin ke Mesir atas tugas

dari gubernur Suriah (Nuruddin Zangi), untuk membantu perdana menteri

Daulah Fathimiyah (Perdanana Menteri Syawar) menghadapi pemberontak

dan penyerbuan tentara salib. Misi tersebut berhasil Perdana menteri Syawar

kembali kepada kedudukannya semula tahun 560 H/1164 M.

Shalahuddin semakin menunjukkan kepiawaiannya dalam kepemimpinan.

Ia mampu melakukan mobilisasi dan reorganisasi pasukan dan perekonomian

di Mesir, terutama untuk menghadapi kemungkinan serbuan balatentara Salib.

Tiga tahun kemudian, ia menjadi penguasa Mesir dan Syria dan merevitalisasi

ekonomi, reorganisasi militer, dan menaklukan Negara-negara muslim kecil

untuk dipersatukan melawan pasukan salib.

Impian bersatunya bangsa muslim tercapai setelah pada September 1174

M, Shalahuddin berhasil menundukkan Daulah Fatimiyah di Mesir untuk

patuh pada kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Daulah Ayyubiyah yang

bermadzhab Sunni akhirnya berdiri di Mesir menggantikan Daulah Fathimiyah

yang berkuasa sebelumnya dan bermazhab syi’ah.

Pada usia 45 tahun, Shalahuddin telah menjadi orang paling berpengaruh

di dunia Islam. Selama kurun waktu 12 tahun, ia berhasil mempersatukan

Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia, wilayah barat jazirah Arab dan Yaman di

bawah kekhalifahan Ayyubiyah. Kota Damaskus di Syria menjadi pusat pemerintahannya. Shalahuddin wafat di Damaskus pada tahun 1193 M dalam

usia 57 tahun.

 Kepemimpinan

Selain itu Shalahuddin merupakan salah seorang Sultan yang memiliki

kemampuan memimpin, dibuktikan dengan caranya dalam memilih para

Wazir. Shalahuddin mengangkat para pembantunya (Wazir) orang-orang

cerdas dan terdidik diantaranya, Al-Qadhi Al-Fadhil dan Al-Katib Al-Isfahani.

Sementara itu sekretaris pribadinya bernama Bahruddin bin Syadad, yang

kemudian dikenal sebagai penulis biografinya.

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga tidak membuat kekuasaan terpusat di

Mesir. membagi wilayah kekuasaannya kepada saudara-saudara dan

keturunannya, sehingga melahirkan beberapa cabang dinasti Ayyubiyah

sebagai berikut:

1. Kesultanan Ayyubiyah di Mesir

2. Kesultanan Ayyubiyah di Damaskus

3. Kesultana Ayyubiyah di Aleppo

4. Kesultanan Ayyubiyah di Hamah

5. Kesultanan Ayyubiyah di Homs

6. Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafaiqin

7. Kesultanan Ayyubiyah di Sinjar

8. Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfa

9. Kesultanan Ayyubiyah di Yaman

10. Kesultana Ayyubiyah di Kerak

Dalam kegiatan perekonomian, ia bekerja sama dengan penguasa muslim

di wilayah lain dan menggalakan perdaganggan dengan kota-kota di laut

tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan.

Selain itu, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dianggap sebagai pembaharu di

Mesir karena dapat mengembalikan mazhab sunni. Untuk keberhasilannya,

Khalifah al-Mustadi dari Bani Abbasiyah memberi gelar Al-Mu’izz li Amiiril

mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah Al-Mustadi juga memberikan

Mesir, Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib sebagai wilayah

kekuasaan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat itulah Shalahuddin dianggap sebagai Sultanul Islam Wal Muslimiin (Pemimpin umat

Islam dan kaum muslimin).

Keperwiraan

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, dikenal sebagai perwira yang memiliki

kecerdasan tinggi dalam bidang militer. Pada masa pemerintahannya kekuatan

militernya terkenal sangat tangguh, diperkuat oleh pasukan Barbar Turki, dan

Afrika. Ia membangun tembok kota di Kairo dan bukit muqattam sebagai

benteng pertahanan. Salah satu karya monumental yang disumbangkannya

selama beliau menjabat sebagai Sultan adalah bangunan sebuah benteng

pertahanan yang diberi nama Qal’atul Jabal yang dibangun di Kairo pada

tahun 1183 M.

Kehidupan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi penuh dengan perjuangan

dalam rangka menunaikan tugas negara dan agama. Perang yang dilakukannya

dalam rangka membela negara dan agama. Shalahuddin seorang kesatria dan

memiliki toleransi yang tinggi.

 Ketika menguasai Iskandariyah, tetap mengunjungi orang-orang

Kristen

 Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia mengijinkan orang-

orang kristen berziarah ke Baitul Makdis.

Sebagai penguasa pertama Daulah Ayyubiyah, Shalahuddin Yusuf Al-

Ayyubi berusaha untuk menyatukan propinsi-propinsi Arab terutama di Mesir

dan Syam pada satu daulah kekuasaan. Usaha Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi

ini banyak mendapat tantangan dari orang-orang yang kedudukannya merasa

terancam dengan kepemimpinannya.

Maka usaha-usaha yang dilakukan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pertama

kali adalah menumpas segala bentuk pemberontakan dan memperluas wilayah

kekuasaannya dengan tujuan agar kekuatan umat Islam terorganisir dengan

baik dan mampu menangkal musuh. Usaha-usaha tersebut adalah:

a. Memadamkan pemberontakan Hajib, kepala rumah tangga Khalifah Al-

Adhid, sekaligus perluasan wilayah Mesir sampai selatan Nubiah (568

H/1173 M)

b. Perluasan wilayah Al-Ayyubiyah ke Yaman (569 H/1173 M).

c. Perluasan wilayah Al-Ayyubi ke Damaskus dan Mosul (570 H/1175 M).

Tujuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi menyatukan Mesir, Suriah, Nubah,

Yaman, Tripoli, dan wilayah-wilayah yang lainnya di bawah komando Al-

Ayyubiyah adalah terjadinya koalisi umat Islam yang kuat dalam melawan

gempuran-gempuran tentara salib. Usaha-usaha yang dilakukan oleh

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi tersebut menuai hasil yang gemilang.

Perang Salib yang terjadi pada masa Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah

Perang Salib periode kedua yang berlangsung sekitar tahun1144-1192 M.

Periode ini disebut periode reaksi umat Islam, terutama bertujuan

membebaskan kembali Baitul Maqdis (Al-Aqsha).

Berikut peperangan terpenting yang telah dilalui oleh Shalahuddin Yusuf al-

Ayyubi:

a. Pertempuran Shafuriyah (583 H/1187 M)

b. Pertempuran Hittin ( Bulan Juli 583 H/1187 M)

c. Pembebasan Al-Quds/Baitul Maqdis (27 Rajab 583 H/1187 M).

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah pahlawan besar bagi umat Islam.

Kecintaannya terhadap agama dan umat Islam telah menempatkan sebagian

lembaran hidupnya untuk menegakkan harga diri umat Islam. Kehadiran

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam perang salib merupakan anugerah.

Strategi yang dikembangkan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam

membangun koalisi umat Islam benar-benar telah menyatukan kekuatan umat

Islam dalam membela agamanya. Keperwiraan Shalahuddin terukir dalam

sejarah, tidak hanya diakui oleh kaum muslimin tetapi juga oleh kaum

Kristen.

b. Sultan Al-Adil Saifuddin (596-615 H /1200-1218 M)

Sering dipanggil Al-Adil, nama lengkapnya Al-Malik Al-Adil Saifuddin Abu

Bakar bin Ayyub, menjadi penguasa ke 4 Dinasti Ayyubiah yang memerintah

pada tahun 596-615 H/1200-1218 M berkedudukan di Damaskus. Beliau putra

Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara muda Shalahuddin Yusuf Al-

Ayyubi, dia menjadi Sultan menggantikan Al-Afdal yang gugur dalam

peperangan.

Al-Adil merupakan seorang pemimpin pemerintahan dan pengatur strategi

yang berbakat dan efektif.


Prestasi Al Malik Al-Adil antara lain :

1. Antara tahun 1168 – 1169 M mengikuti pamannya (Syirkuh) ekspedisi militer

ke Mesir

2. Tahun 1174 M, menguasai Mesir atas nama Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi,

sedangkan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi mengembangkan pemerintahan di

Damaskus

3. Tahun 1169 M, dapat memadamkan pemberontakan orang-orang Kristen

Koptik di Qift-Mesir

4. Pada tahun 1186-1195 M, kembali ke Mesir untuk memerangi pasukan Salib

5. Pada tahun 1192-1193 M, menjadi gubernur di wilayah utara Mesir

6. Pada tahun 1193 M, menghadapai pemberontakan Izzuddin di Mosul

7. Menjadi gubernur Syiria di Damaskus

8. Menjadi Sultan di Damaskus

c. Sultan Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)

Nama lengkap Al-Kamil, adalah Al-Malik Al-Kamil Nasruddin Abu Al-

Maali Muhammad. Al-Kamil adalah putra dari Al-Adil. Pada tahun 1218

Al-Kamil memimpin pertahanan menghadapi pasukan salib yang mengepung

kota Dimyat (Damietta) dan kemudian menjadi Sultan setelah ayahnya wafat.

Pada tahun 1219, hampir kehilangan tahta karena konspirasi kaum Kristen koptik.

Al-Kamil kemudian pergi ke Yaman untuk menghindari konspirasi itu, dan

konspirasi itu berhasil dipadamkan oleh saudaranya bernama Al-Mu’azzam yang

menjabat sebagai Gubernur Suriah.

Pada bulan Februari tahun 1229 M, Al-Kamil menyepakati perdamaian

selama 10 tahun dengan Frederick II, yang berisi antara lain:

 Ia mengembalikan Yerusalem dan kota-kota suci lainnya kepada pasukan salib

 Kaum muslimin dan Yahudi dilarang memasuki kota itu kecuali di sekitar

Masjidil Aqsa dan Majid Umar.

Selain itu beberapa peristiwa yang dialami Al-Malik Al-Kamil, antara lain:

1. Pada tahun 1218 M, memimpin pertahanan menghadapi pasukan Salib yang

mengepung kota Dimyat (Damietta)

2. Menjadi Sultan Dinasti Ayyubiyah pada tahun 1218 M, menggantikan Al-Adil

yang meninggal 

3. Pada tahun 1219 M, ia hampir kehilangan tahtanya.

4. Pada tahun 1219 M, kota Dimyat akhirnya jatuh ke tangan orang-orang Kristen

5. Al-Kamil telah beberapa kali menawarkan perdamaian dengan pasukan Salib yaitu

dilakukan perjanjian damai dengan imbalan :Mengembalikan Yerussalem kepada

pasukan Salib.

6. Membangun kembali tembok di Yerussalem yang dirobohkan oleh Al-Mu’azzam

saudaranya.

7. Mengembalikan salib asli yang dulu terpasang di Kubah batu Baitul Maqdis

kepada orang Kristen.

Al-Kamil meninggal dunia pada tahun 1238 M. Kedudukannya sebagai Sultan

digantikan oleh Salih Al-Ayyubi.

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

About

Facebook

Popular Posts

Blog Archive

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

About

Copyright © Rumah Belajar Online | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com