PEMIMPIN BESAR DAN ILMUWAN ISLAM
MASA DAULAH AYYUBIYAH
Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi dikenal sebagai seorang pemimpin yang sangat
memperhatikan pendidikan dan kesejahteraan ekonomi rakyatnya. Ia begitu giat
mendorong studi keagamaan, membangun bendungan, menggali terusan, serta
mendirikan dan masjid.
Setelah Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi meninggal dunia, daerah kekuasaannya
yang begitu luas terbentang mulai dari sungai Tigris hingga sungai Nil. Dinasti
Ayyubiyah selama lebih kurang 79 tahun Daulah Al-Ayyubiyah berkuasa, terdapat 9
orang penguasa yakni sebagai berikut :
1. Sultan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (564-589 H/ 1171-1193 M)
2. Sultan Al-Aziz Imaduddin (589-596 H/1193-1198 M)
3. Sultan Al-Mansur Nasiruddin (595-596 H/ (1198-1200 M)
4. Sultan Al-Adil Saifuddin (596-615 H/1200-1218 M)
5. Sultan Al-Kamil Muhammad (615-635 H/ 1218-1238 M)
6. Sultan Al-Adil Saifuddin (635-637 H/ 1238-1240 M)
7. Sultan As-Saleh Najmuddin (637-647 H/ 1240-1249 M)
8. Sultan al-Mu’azzam Turansyah (647 H/ 1249-1250 M)
9. Sultan al-Asyraf Muzaffaruddin (647-650 H/ 1250-1252 M)
Diantara 9 (sembilan) penguasa tersebut terdapat beberapa penguasa yang
terkenal, yaitu : Sultan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M), Malik Al-
Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M), dan Malik Al-Kamil Muhammad
(1218-1238 M).
a. Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi (564-589 H/ 1171-1193 M)
Biografi
Nama lengkapnya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi Abdul Muzaffar Yusuf
bin Najmuddin bin Ayyub. Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi.
Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah
(migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke
daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532
H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa benteng Seljuk di Tikrit. Saat
itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanky,
gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut
wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah
Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat
Raja Suriah Nuruddin Mahmud.
Pendidikan masa kecilnya, Shalahuddin dididik ayahnya untuk menguasai
sastra, ilmu kalam, menghafal Al Quran dan ilmu hadits di madrasah. Dalam
buku-buku sejarah dituturkan bahwa cita-cita awal Shalahuddin ialah menjadi
orang yang ahli di bidang ilmu-ilmu agama Islam (ulama). Ia senang
berdiskusi tentang ilmu kalam, Al-Qur’an, fiqih, dan hadist. Selain mempelajari ilmu-ilmu agama, Shalahuddin mengisi masa
mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah
itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di
Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni
selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana
Nuruddin. Dari kecil sudah terlihat karakter kuat
Salahudin yang rendah hati, santun serta penuh
belas kasih. Salahudin tumbuh di lingkungan
keluarga agamis dan dalam lingkungan keluarga
ksatria.
Dunia kemiliteran semakin diakrabinya setelah Sultan Nuruddin
menempatkan ayahnya sebagai kepala divisi milisi di Damaskus dan pada
umur 26 tahun, Shalahuddin bergabung dengan pasukan pamannya
(Asaduddin Syirkuh), dalam memimpin pasukan muslimin ke Mesir atas tugas
dari gubernur Suriah (Nuruddin Zangi), untuk membantu perdana menteri
Daulah Fathimiyah (Perdanana Menteri Syawar) menghadapi pemberontak
dan penyerbuan tentara salib. Misi tersebut berhasil Perdana menteri Syawar
kembali kepada kedudukannya semula tahun 560 H/1164 M.
Shalahuddin semakin menunjukkan kepiawaiannya dalam kepemimpinan.
Ia mampu melakukan mobilisasi dan reorganisasi pasukan dan perekonomian
di Mesir, terutama untuk menghadapi kemungkinan serbuan balatentara Salib.
Tiga tahun kemudian, ia menjadi penguasa Mesir dan Syria dan merevitalisasi
ekonomi, reorganisasi militer, dan menaklukan Negara-negara muslim kecil
untuk dipersatukan melawan pasukan salib.
Impian bersatunya bangsa muslim tercapai setelah pada September 1174
M, Shalahuddin berhasil menundukkan Daulah Fatimiyah di Mesir untuk
patuh pada kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Daulah Ayyubiyah yang
bermadzhab Sunni akhirnya berdiri di Mesir menggantikan Daulah Fathimiyah
yang berkuasa sebelumnya dan bermazhab syi’ah.
Pada usia 45 tahun, Shalahuddin telah menjadi orang paling berpengaruh
di dunia Islam. Selama kurun waktu 12 tahun, ia berhasil mempersatukan
Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia, wilayah barat jazirah Arab dan Yaman di
bawah kekhalifahan Ayyubiyah. Kota Damaskus di Syria menjadi pusat pemerintahannya. Shalahuddin wafat di Damaskus pada tahun 1193 M dalam
usia 57 tahun.
Kepemimpinan
Selain itu Shalahuddin merupakan salah seorang Sultan yang memiliki
kemampuan memimpin, dibuktikan dengan caranya dalam memilih para
Wazir. Shalahuddin mengangkat para pembantunya (Wazir) orang-orang
cerdas dan terdidik diantaranya, Al-Qadhi Al-Fadhil dan Al-Katib Al-Isfahani.
Sementara itu sekretaris pribadinya bernama Bahruddin bin Syadad, yang
kemudian dikenal sebagai penulis biografinya.
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga tidak membuat kekuasaan terpusat di
Mesir. membagi wilayah kekuasaannya kepada saudara-saudara dan
keturunannya, sehingga melahirkan beberapa cabang dinasti Ayyubiyah
sebagai berikut:
1. Kesultanan Ayyubiyah di Mesir
2. Kesultanan Ayyubiyah di Damaskus
3. Kesultana Ayyubiyah di Aleppo
4. Kesultanan Ayyubiyah di Hamah
5. Kesultanan Ayyubiyah di Homs
6. Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafaiqin
7. Kesultanan Ayyubiyah di Sinjar
8. Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfa
9. Kesultanan Ayyubiyah di Yaman
10. Kesultana Ayyubiyah di Kerak
Dalam kegiatan perekonomian, ia bekerja sama dengan penguasa muslim
di wilayah lain dan menggalakan perdaganggan dengan kota-kota di laut
tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan.
Selain itu, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dianggap sebagai pembaharu di
Mesir karena dapat mengembalikan mazhab sunni. Untuk keberhasilannya,
Khalifah al-Mustadi dari Bani Abbasiyah memberi gelar Al-Mu’izz li Amiiril
mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah Al-Mustadi juga memberikan
Mesir, Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib sebagai wilayah
kekuasaan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat itulah Shalahuddin dianggap sebagai Sultanul Islam Wal Muslimiin (Pemimpin umat
Islam dan kaum muslimin).
Keperwiraan
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, dikenal sebagai perwira yang memiliki
kecerdasan tinggi dalam bidang militer. Pada masa pemerintahannya kekuatan
militernya terkenal sangat tangguh, diperkuat oleh pasukan Barbar Turki, dan
Afrika. Ia membangun tembok kota di Kairo dan bukit muqattam sebagai
benteng pertahanan. Salah satu karya monumental yang disumbangkannya
selama beliau menjabat sebagai Sultan adalah bangunan sebuah benteng
pertahanan yang diberi nama Qal’atul Jabal yang dibangun di Kairo pada
tahun 1183 M.
Kehidupan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi penuh dengan perjuangan
dalam rangka menunaikan tugas negara dan agama. Perang yang dilakukannya
dalam rangka membela negara dan agama. Shalahuddin seorang kesatria dan
memiliki toleransi yang tinggi.
Ketika menguasai Iskandariyah, tetap mengunjungi orang-orang
Kristen
Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia mengijinkan orang-
orang kristen berziarah ke Baitul Makdis.
Sebagai penguasa pertama Daulah Ayyubiyah, Shalahuddin Yusuf Al-
Ayyubi berusaha untuk menyatukan propinsi-propinsi Arab terutama di Mesir
dan Syam pada satu daulah kekuasaan. Usaha Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi
ini banyak mendapat tantangan dari orang-orang yang kedudukannya merasa
terancam dengan kepemimpinannya.
Maka usaha-usaha yang dilakukan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pertama
kali adalah menumpas segala bentuk pemberontakan dan memperluas wilayah
kekuasaannya dengan tujuan agar kekuatan umat Islam terorganisir dengan
baik dan mampu menangkal musuh. Usaha-usaha tersebut adalah:
a. Memadamkan pemberontakan Hajib, kepala rumah tangga Khalifah Al-
Adhid, sekaligus perluasan wilayah Mesir sampai selatan Nubiah (568
H/1173 M)
b. Perluasan wilayah Al-Ayyubiyah ke Yaman (569 H/1173 M).
c. Perluasan wilayah Al-Ayyubi ke Damaskus dan Mosul (570 H/1175 M).
Tujuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi menyatukan Mesir, Suriah, Nubah,
Yaman, Tripoli, dan wilayah-wilayah yang lainnya di bawah komando Al-
Ayyubiyah adalah terjadinya koalisi umat Islam yang kuat dalam melawan
gempuran-gempuran tentara salib. Usaha-usaha yang dilakukan oleh
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi tersebut menuai hasil yang gemilang.
Perang Salib yang terjadi pada masa Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah
Perang Salib periode kedua yang berlangsung sekitar tahun1144-1192 M.
Periode ini disebut periode reaksi umat Islam, terutama bertujuan
membebaskan kembali Baitul Maqdis (Al-Aqsha).
Berikut peperangan terpenting yang telah dilalui oleh Shalahuddin Yusuf al-
Ayyubi:
a. Pertempuran Shafuriyah (583 H/1187 M)
b. Pertempuran Hittin ( Bulan Juli 583 H/1187 M)
c. Pembebasan Al-Quds/Baitul Maqdis (27 Rajab 583 H/1187 M).
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah pahlawan besar bagi umat Islam.
Kecintaannya terhadap agama dan umat Islam telah menempatkan sebagian
lembaran hidupnya untuk menegakkan harga diri umat Islam. Kehadiran
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam perang salib merupakan anugerah.
Strategi yang dikembangkan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam
membangun koalisi umat Islam benar-benar telah menyatukan kekuatan umat
Islam dalam membela agamanya. Keperwiraan Shalahuddin terukir dalam
sejarah, tidak hanya diakui oleh kaum muslimin tetapi juga oleh kaum
Kristen.
b. Sultan Al-Adil Saifuddin (596-615 H /1200-1218 M)
Sering dipanggil Al-Adil, nama lengkapnya Al-Malik Al-Adil Saifuddin Abu
Bakar bin Ayyub, menjadi penguasa ke 4 Dinasti Ayyubiah yang memerintah
pada tahun 596-615 H/1200-1218 M berkedudukan di Damaskus. Beliau putra
Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara muda Shalahuddin Yusuf Al-
Ayyubi, dia menjadi Sultan menggantikan Al-Afdal yang gugur dalam
peperangan.
Al-Adil merupakan seorang pemimpin pemerintahan dan pengatur strategi
yang berbakat dan efektif.
Prestasi Al Malik Al-Adil antara lain :
1. Antara tahun 1168 – 1169 M mengikuti pamannya (Syirkuh) ekspedisi militer
ke Mesir
2. Tahun 1174 M, menguasai Mesir atas nama Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi,
sedangkan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi mengembangkan pemerintahan di
Damaskus
3. Tahun 1169 M, dapat memadamkan pemberontakan orang-orang Kristen
Koptik di Qift-Mesir
4. Pada tahun 1186-1195 M, kembali ke Mesir untuk memerangi pasukan Salib
5. Pada tahun 1192-1193 M, menjadi gubernur di wilayah utara Mesir
6. Pada tahun 1193 M, menghadapai pemberontakan Izzuddin di Mosul
7. Menjadi gubernur Syiria di Damaskus
8. Menjadi Sultan di Damaskus
c. Sultan Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)
Nama lengkap Al-Kamil, adalah Al-Malik Al-Kamil Nasruddin Abu Al-
Maali Muhammad. Al-Kamil adalah putra dari Al-Adil. Pada tahun 1218
Al-Kamil memimpin pertahanan menghadapi pasukan salib yang mengepung
kota Dimyat (Damietta) dan kemudian menjadi Sultan setelah ayahnya wafat.
Pada tahun 1219, hampir kehilangan tahta karena konspirasi kaum Kristen koptik.
Al-Kamil kemudian pergi ke Yaman untuk menghindari konspirasi itu, dan
konspirasi itu berhasil dipadamkan oleh saudaranya bernama Al-Mu’azzam yang
menjabat sebagai Gubernur Suriah.
Pada bulan Februari tahun 1229 M, Al-Kamil menyepakati perdamaian
selama 10 tahun dengan Frederick II, yang berisi antara lain:
Ia mengembalikan Yerusalem dan kota-kota suci lainnya kepada pasukan salib
Kaum muslimin dan Yahudi dilarang memasuki kota itu kecuali di sekitar
Masjidil Aqsa dan Majid Umar.
Selain itu beberapa peristiwa yang dialami Al-Malik Al-Kamil, antara lain:
1. Pada tahun 1218 M, memimpin pertahanan menghadapi pasukan Salib yang
mengepung kota Dimyat (Damietta)
2. Menjadi Sultan Dinasti Ayyubiyah pada tahun 1218 M, menggantikan Al-Adil
yang meninggal
3. Pada tahun 1219 M, ia hampir kehilangan tahtanya.
4. Pada tahun 1219 M, kota Dimyat akhirnya jatuh ke tangan orang-orang Kristen
5. Al-Kamil telah beberapa kali menawarkan perdamaian dengan pasukan Salib yaitu
dilakukan perjanjian damai dengan imbalan :Mengembalikan Yerussalem kepada
pasukan Salib.
6. Membangun kembali tembok di Yerussalem yang dirobohkan oleh Al-Mu’azzam
saudaranya.
7. Mengembalikan salib asli yang dulu terpasang di Kubah batu Baitul Maqdis
kepada orang Kristen.
Al-Kamil meninggal dunia pada tahun 1238 M. Kedudukannya sebagai Sultan
digantikan oleh Salih Al-Ayyubi.
0 komentar:
Posting Komentar