Senin, 21 November 2022

Bermain Ansambel Musik Tradisiona

 Bermain Ansambel Musik Tradisional



Musik ansambel adalah perpaduan dari beberapa alat musik yang membentuk suatu orkestra. Setiap daerah Indonesia memiliki alat orkestra yang disebut karawitan. Tetapi nama alatnya berbeda, seperti Jawa dan Bali disebut Gamelan, Sumatra Barat disebut Talempong, Sumatra Utara disebut Gondang, dan di Sulawesi Utara disebut Kolintang.


Musik merupakan bahasa universal, dengan musik orang dapat mengekspresikan perasaan. Musik tersusun atas kata, nada, dan melodi yang terangkum menjadi satu. Bahasa musik dapat dipahami lintas budaya, agama, suku ras, dan juga kelas sosial.


Melalui musik, berbagai perbedaan dapat disatukan. Musikalitas setiap orang berbeda, yang disebabkan oleh faktor internal dan eskternal. Secara internal, musikalitas dipengaruhi oleh bakat dalam dirinya, faktor eksternal lebih ditentukan oleh kesukaan atau kegemaran dan lingkungan tempat tinggal. 


Di Aceh terdapat musik yang disebut Didong. Didong merupakan kesenian tradisional yang terkenal di Aceh Tengah. Kesenian ini dilaksanakan secara vokal oleh 30-40 kaum pria dalam posisi duduk bersila dalam suatu lingkaran. Nyanyian Didong diiringi dengan tepuk tangan secara berirama oleh para peserta. 


Para pemusik masing-masing memegang sebuah bantal tepok di tangan kiri. Bantal tepok adalah sebuah bantal kecil berisi kapuk dengan ukuran kira-kira 20×40 cm dan tebal 4 cm, dihiasi dengan reramu, semacam rumbai-rumbai berwarna cerah-menyala pada pinggirnya. Properti ini menggunakan benang sulaman khas Aceh.


Dengan mengayunkan bantal di tangan kiri secara serempak keatas atau kedepan setiap menjelang tepuk tangan, maka terjadilah suatu permainan gerak yang meramaikan tontonan kesenian Didong ini. Permainan bantal dengan menyanyi jika ditelisik hampir mirip dengan Saman, perbedaanya terletak pada penggunaan properti. 


Baca Juga: Materi Seni Budaya Kelas 8 Bab 16 Pementasan Pantomim

Wayang Cokek merupakan pertunjukan musik tradisional di Jakarta atau Betawi. Wayang Cokek berupa kesenian nyanyi dan tari dilakukan oleh wanita. Zaman dahulu, yang menari adalah perempuan yang menjadi budak belian. Mereka mengepang rambutnya dan mengenakan baju kurung, lazim dikenakan oleh orang dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan daerah lain. 


Orkes yang mengiringi nyanyian dan tarian terdiri dari kombinasi :

gambang kayu

Rebab

Suling

Kempul, kadang ditambah dengan kenong, ketuk, krecek

Gendang

Berdasar bentuknya, alat musik daerah dibagi menjadi :

Bentuk tabung : alat musik yang memakai bahan dasar bambu. Dalam perkembangannya bambu dapat digantikan dengan bahan lain, seperti kayu dan logam. Instrumen yang termasuk bentuk tabung yaitu calung, angklung, kentongan/kulkul, suling/saluang, dan guntung.

Bentuk bilah : tidak memiliki rongga. Kekuatan bunyi yang dihasilkan perlu didukung perangkat lain, seperti wadah gema sebagai ruang resonator. Permukaan bilah dapat berupa bidang rata, bidang cembung, irisan dari bentuk tabung. Contoh instrumen bentuk bilah yaitu gambang, kolintang, saron, dan gender. Cara memainkannya dengan cara dipukul.

Bentuk Pencon : pencon berasal dari kata pencu (Jawa), yaitu bagian yang menonjol dari suatu bidang datar atau yang dianggap datar. Pencu dimaksudkan sebagai tumpuan pukulan. Pencu ke atas atau ke samping terbuat dari logam.

Di Indonesia, pencon ditata dengan sistem nada dan penyusunan yang berbeda pada tiap daerah. Contohnya bonang (Jawa dan Sunda), trompong (Bali), kromong (Betawi), talempong (Minang), totobuang (Ambon), dan kang kanong (Banjar). Cara memainkannya dengan cara dipukul.


Kentongan adalah alat pemukul yang terbuat dari bambu atau kayu jati yang dipahat. Kentongan digunakan sebagai tanda alarm, sinyal komunikasi jarak jauh, morse, penanda adzan, maupun tanda bahaya. Kentongan diidentikkan dengan alat komunikasi zaman dahulu yang dimanfaatkan oleh penduduk pedesaan dan pegunungan. 


Budaya kentongan berasal dari legenda Cheng Ho (China) yang mengadakan perjalanan dengan misi keagamaan. Dalam perjalanan, Cheng Ho menemukan kentongan sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Penemuan kentongan dibawa ke China, Korea, dan Jepang.


Kentongan ditemukan awal masehi. Setiap daerah memiliki sejarah penemuan yang berbeda dengan nilai sejarahnya yang tinggi. Di Nusa Tenggara Barat, kentongan ditemukan ketika Raja Anak Agung Gede Ngurah yang berkuasa sekitar abad XIX menggunakannya untuk mengumpulkan massa. 


Di Yogyakarta ketika masa kerajaan Majapahit, kentongan Kyai Gorobangsa digunakan sebagai pengumpul warga. Di Pengasih, kentongan ditemukan sebagai alat untuk menguji kejujuran calon pemimpin daerah. Di masa sekarang, penggunaan kentongan lebih bervariatif cara memainkannya. 


Kentongan merupakan alat komunikasi zaman dahulu yang berbentuk tabung atau berbentuk lingkaran dengan sebuah lubang yang dipahat di tengahnya. Dari lubang, akan keluar bunyi-bunyian apabila dipukul. Kentongan dilengkapi dengan tongkat pemukul yang digunakan untuk memukul bagian tengah kentongan untuk menghasilkan suara. 


Talempong adalah alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan bonang dalam perangkat gamelan. Talempong terbuat dari kuningan, adapula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan.


Talempong memiliki nada yang berbeda. Talempong digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring, Tari Pasambahan, dan Tari Galombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa. 


Talempong dibawakan dengan iringan akordeon, instrumen musik sejenis organ yang didorong dan ditarik dengan kedua tangan pemainnya. Selain akordeon, instrumen seperti saluang, gandang, sarunai dan instrumen tradisional Minang lainnya juga umum dimainkan bersama Talempong. 



Angklung merupakan alat musik asli Indonesia yang terbuat dari bambu dan diakui secara internasional oleh UNESCO. Nada angklung awalnya berlaraskan pelog, selendro, dan madenda, disebut angklung buhun. Pak Daeng Soetigna membuat angklung berlaraskan diatonis. 


Nada-nada angklung buhun yaitu Dogdog lonjor memiliki 3 nada, Badud dan Badeng memiliki 4 nada, angklung Buncis memiliki 5 nada.


Jenis-jenis angklung yaitu :

Angklung Kanekes atau angklung Badui, digunakan untuk upacara menanam padi, memiliki nilai magis

Angklung Gubrag, berasal dari kampung Cipiding Kecamatan Cigudeg, digunakan untuk menghormati Dewi Padi

Angklung Dogdog Lonjor, berasal dari Banten Selatan (Gunung Halimun), digunakan pada upacara Seren taun menghormati Dewi padi karena panen berlimpah

Angklung Badeng, berfungsi sebagai hiburan, media dakwah Islam, di Garut dipakai ritual berhubungan dengan padi

Angklung Buncis, berfungsi sebagai media hiburan, dipakai pada ritual pertanian yang berhubungan dengan padi.


0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

About

Facebook

Popular Posts

Blog Archive

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

About

Copyright © Rumah Belajar Online | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com