Jumat, 25 November 2022

KEMAJUAN PERADABAN DAN KEBUDAYAAN ISLAM MASA DAULAH ABBASIYAH

 KEMAJUAN PERADABAN DAN KEBUDAYAAN ISLAM MASA DAULAH

ABBASIYAH



Daulah Abbasiyah yang berkuasa selama lima setengah abad, adalah salah satu

pemerintahan dalam sejarah Islam yang sangat mementingkan usaha perkembangan

peradaban Islam. Telah banyak prestasi yang ditorehkan oleh Daulah Abbasiyah, dari

perluasan wilayah, pengembangan ilmu pengetahuan hingga seni bangunan arsitektur.

a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Periode awal pemerintahan, Daulah Abbasiyah memiliki

khalifah-khalifah yang memiliki perhatian besar terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan, seperti ; Khalifah Abu

Ja’far Al-Mansyur. Dikenal sebagai seorang khalifah yang

cinta ilmu pengetahuan, sehingga harta dan kekuasaaanya

dimanfaatkan untuk pengembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan.


Pada periode inilah landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan disiapkan.

Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur secara langsung meminta kepada para ilmuan untuk

secara serius mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya untuk kemaslahatan

ummat manusia. Kerjasama yang apik antara ilmuan dan pemerintah melahirkan para

ilmuan muslim dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Kedokteran, Filsafat, Kimia,

Botani, Astronomi, Matematika, dan lain-lain.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang

dengan pesat, yaitu ;

1. Terjadinya asimilasi budaya, bahasa, pengetahuan antara bangsa Arab dengan

bangsa lainnya.

2. Gerakan penerjemahan berbagai ilmu pengetahuan dari bahasa asalnya ke bahasa

Arab. Gerakan penerjemahan ini berlangsung sejak Khalifah Abu Ja’far Al-

Mansyur hingga Khalifah Harun Ar-Rasyid. Buku-buku klasik Romawi dan

Yunani yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu filsafat, astronomi, farmasi, dan

seni budaya dialihbahasakan dalam bahasa Arab.

3. Pendirian pusat studi dan kajian yang diberi nama Baitul Hikmah. Tempat ini

bukan saja hanya menjadi pusat studi orang-orang di wilayah Baghdad, tapi hampir

dari seluruh penjuru dunia.

 

4. Pembentukan Majelis Munadzarah pada masa Khalifah Abdullah Al-Makmun

menjadi pusat kajian yang mengupas segala persoalan hukum keagamaan.


b. Penertiban Administrasi Pemerintahan

Usaha membangun peradaban emas juga terjadi pada bidang administrasi

pemerintahan Daulah Abbasiyah.

 Pengangkatan Wazir (Perdana Menteri) yang bertugas membantu khalifah dalam

menjalankan roda pemerintahan. Wazir dibantu oleh beberapa departemen ;

1. Diwanul Kharij ; Departemen Luar Negeri

2. Diwanul Ziman ; Departemen Pengawasan Urusan Negara

3. Diwanul Jundi ; Departemen Pertahanan dan Keamanan

4. Diwanul Akarah ; Departemen Tenaga Kerja dan Pekerjaan Umum

5. Diwanul Rasa’il ; Departemen Pos dan Telekomunikasi.

 Pengangkatan Ra’isul Kitabah (Sekretaris Negara) yang memimpin Diwanul

Kitabah (Sekretariat Negara). Dalam menjalankan tugasnya Ra’isul Kitabah

dibantu oleh lima orang Katib (Sekretaris), yaitu :

1. Katib Rasa’il ; sekretaris bidang persuratan

2. Katib Kharraj ; sekretaris bidang perpajakan dan kas negara

3. Katib Jundi ; sekretaris bidang kemiliteran, pertahanan dan kemanan

4. Katib Qada ; sekretaris bidang hukum dan perundang-undangan

5. Katib Syurtah ; sekretaris bidang kepolisian dan keamanan sipil

 Pengangkatan kepala daerah untuk menjaga daerah wilayah kekuasaan Daulah

Abbasiyah yang dipimpin oleh gubernur (Amir). Untuk memudahkan kordinasi

pemerintah pusat dan daerah, di bawah gubernur dibentuk pemerintah desa

(Qaryah) yang dipimpin oleh Syaikhul Qaryah (Kepala Desa).

 Pembentukan Mahkamah Agung, yang menangani beberapa bidang hukum,

seperti ;

1. Al-Qadi ; mengadili perkara agama, hakimnya disebut Qadi

2. Al-Hisbah ; mengadili perkara umum, baik pidana maupun perdata, hakimnya

disebut Al-Mustahsib

3. An-Nazar fil Mazalim ; pengadilan tingkat banding setelah dari pengadilan Al-

Qadi atau Al-Hisbah, hakimnya disebut Sahibul Mazalim.

c. Politik dan Militer

 Bidang Politik


Dalam bidang politik Daulah Abbasiyah menjalan hubungan persahabatan yang

baik dengan negara-negara lain, diantaranya:

1. Menjalin kerjasama politik dengan Raja Frank di sebagian wilayah Andalusia

(Spanyol). Tujuannya adalah, untuk mengantisipasi meluasnya pengaruh Daulah

Umayyah.


 Gambar ilustrasi 7 ; luas wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah

Sumber : banjirembun.com

2. Menjalin hubungan dengan Afrika Barat. Tujuannya adalah, menambah

kekuatan dan kekuasaan Abbasiyah di Baghdad, Irak.

 Bidang Militer

Daulah Abbasiyah pernah mencapai profesionalisme militer yang terjadi pada

periode pertama dan periode kedua pemerintahannya. Sekitar 100 tahun lamanya

kebijakan politik dan militer sepenuhnya mandiri ditangan para khalifah Daulah

Abbasiyah, tanpa dipengaruhi oleh bangsa manapun. .

Setidaknya ada empat periode kepemimpinan Daulah Abbasiyah dalam

mewujudkan kemandirian politik dan militer :

1. Periode pertama (750-847 M), kebijakan militer yang diambil pada periode ini

merupakan usaha para khalifah dalam memberikan landasan pemerintahan yang

tangguh dan militer yang kuat.

2. Periode kedua (847-946 M), periode ini kebijakan politik dan militer Daulah

Abbasiyah banyak dipengaruhi oleh orang-orang Turki. Hal ini mengakibatkan

banyak orang Turki yang menduduki posisi penting dalam jabatan militer

Daulah Abbasiyah. Orang-orang Turki yang banyak menduduki posisi penting

itu tidak dapat dikendalikan, mereka mampu mengontrol kekuasaan bahkan

banyak gubernur dan panglima tentara yang menyatakan diri sebagai khalifah. Dari sini tanda-tanda perpecahan dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah mulai

tampak.

3. Periode ketiga (946-1094 M), munculnya kekuatan politik dari Bani Buwaihi

yang beraliran Syiah. Mereka dapat mengontrol pemerintahan Daulah

Abbasiyah, bahkan mampu menekan khalifah Abbasiyah saat itu khalifah Al-

Mustakfi. Agar menjadikan Ahmad Buwaihi sebagai Amirul ‘Umara (Panglima

Tentara). Sejak saat itu khalifah Daulah Abbasiyah tidak lagi memiliki

kekuasaan penuh, karena roda pemerintahan dipengaruhi oleh dominasi Bani

Buwaihi.

4. Periode keempat (1094-1258 M), pemerintahan Daulah Abbasiyah di bawah

kendali orang-orang Seljuk dari Turki. Mereka mampu menghilangkan dominasi

Bani Buawaihi yang berkuasa lama dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah.

Selama periode inilah, Bani Seljuk berhasil mengambil alih kekuasan dan

jalanya roda pemerintahan dari tangan khalifah. Roda pemerintahan Daulah

Abbasiyah tidak lagi berada di tangan khalifah yang sah, para khalifah Daulah

Abbasiyah hanya diperkenankan mengurusi persoalan-persoalan agama.

Kekhalifahan Daulah Abbasiyah hilang di tahun 1258 M saat tentara Mongol

yang dipimpin Hulagu Khan memorak-porandakan kota Baghdad sebagai pusat

pemerintahan Daulah Abbasiyah.

d. Ekonomi (Perdagangan, Perindustrian dan Pertanian)

Peningkatan taraf hidup masyarakat dalam

bidang ekonomi masa Daulah Abbasiyah sebenarnya

telah dimulai saat Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur

berkuasa. Ia merupakan tokoh utama dari peletak dasar

ekonomi Daulah Abbasiyah, sikap tegas, adil dan

bijaksana membawa Daulah Abbasiyah maju dalam

berbagai bidang.

Kemajuan sektor ekonomi Daulah Abbasiyah pada masa ini disebabkan

oleh usaha-usaha para khalifah yang mendorong kemajuan dalam sektor

perdagangan.

 Sektor Perdagangan

Perekonomian masyarakat pada masa Daulah Abbasiyah meningkat saat

khalifah Al- Mahdi (775-785 M) memerintah. Hubungan luar negeri Daulah

Abbasiyah dengan kerajaan-kerajaan lain telah membawa peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan menambah kas negara.

Kota Basrah menjadi pelabuhan penting, sebagai tempat transit antara

Timur dan Barat,

banyak mendatangkan kekayaan bagi Abbasiyah. Selain itu, ada juga

pelabuhan Damaskus dan dermaga Kuffah. Seiring itu, terjadi peningkatan

pada sektor tambang, pertanian dan industri.

 Sektor Perindustrian

Khalifah Daulah Abbasiyah memiliki perhatian yang sangat serius dalam

memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Untuk itu, mereka aktif mendorong

kemajuan sektor perindustrian. Para khalifah menganjurkan masyarakatnya

untuk berlomba-lomba dalam industri dan pengolahan.

Banyak kota dibangun untuk pusat perindustrian. kota Basrah menjadi

pusat industri gelas dan sabun, kota Kuffah merupakan pusat industri tekstil,

industri pakaian dari sutra bersulam ditempatkan di kota Damaskus yang

pusat kerajinan sutranya berada di Khazakstan, dan kota Syam menjadi pusat

industri keramik dan gelas berukir.

 Sektor Pertanian

Pembangunan kanal, bendungan, irigasi dan

terusan diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan petani

yang hasilnya mampu meningkatkan produktifitas para

petani dan kualitas hasil panennya. Sebagai contoh, pada

masa khalifah Harun Ar-Rasyid, istri khalifah, Ratu

Zubaidah menyaksikan penderitaan rakyat akibat

kemarau panjang dalam kunjungannya ke Makkah dan

Madinah. Atas usulan permaisuri, khalifah membangun

sebuah bendungan dan terusan yang dapat mengalirkan air ke ladang-ladang dan untuk kebutuhan hidup para petani. Sehingga

kehidupan masyarakat di dua kota suci itu sejahtera. Untuk mengenang jasa

Ratu Zubaidah, bendungan itu diberi nama “Bendungan Zubaidah”.

 e. Seni Budaya

Peradaban Islam dalalm bidang seni budaya, sastra mancapai puncak

kejayaannya pada masa Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad menjadi kota pusat

studi ilmu, seni dan sastra. Kemajuan ini disebabkan karena proses asimilasi

(pertemuan budaya) antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya. Apalagi setelah

kegiatan penerjemahan berbagai macam buku dari Yunani, India, Byzantium, dan

Persia ke dalam bahasa Arab.

Perkembangan peradaban yang dapat diidentifikasi dalam bidang seni budaya

dan sastra seperti :

 Seni Arsitektur

Seni arsitektur ini sangat digemari oleh para khalifah. Seni arsitektur ini

sangat berguna untuk keperluan membangun gedung, masjid, istana,

madrasah, dan kantor pemerintahan. khalifah Abbsiyah tidak segan-segan

mendatangkan arsitek-arsitek dari Byzantium, Yunani, Persia, dan India untuk

mendisain bangunan dan mengajarkan seni arsitektur bangunan kepada orang

Abbasiyah.

Bukti dari kemajuan pradaban seni arsitektur pada masa Daulah

Abbasiyah masih dapat ditemukan sampai saat ini dari keindahan gedung-

gedung istana, masjid, madrasah sebagai peninggalan Daulah Abbasiyah.

 Seni Tata Kota

Seni tata kota dan arsitektur pada masa Daulah Abbasiyah bernilai

sangat tinggi, banyak bangunan dan kota dibangun dengan teknik tata kota

yang berseni tinggi. Diantara kota-kota itu adalah :

 Kota Baghdad


Baghdad dibangun tahun 763 M pada masa pemerintahan khalifah Abu

Ja’far Al-Mansyur. Pembangunan kota ini melibatkan 100.000 orang ahli

bangunan, terdiri dari arsitek, tukang batu, tukang kayu, pemahat, pelukis, dan

lain-lain yang didatangkan dari Suriah, Iran, Basrah, Mosul, Kuffah, dan

daerah –daerah yang lainnya. Biaya pembangunan kota ini mencapai

4.833.000 dirham.

Kota Baghdad dibangun berbentuk bundar sehingga disebut kota bundar

(Al-Mudawwarah). Dikelilingi dua lapis tembok besar dan tinggi. Bagian

bawah selebar 50 hasta dan bagian atas 20 hasta, tingginya 90 kaki (27.5 m).

Di luar tembok dibangun parit yang dalam, yang berfungsi ganda sebagai

saluran air dan benteng pertahanan.

Di tengah kota dibangun istana khalifah diberi nama Qashrul Dzahab

(istana emas) yang melambangkan kemegahan dan kejayaan. Di samping

istana, dibangun pula Masjid Jami’ Al-Mansyur.

 Kota Samarra

Lima tahun setelah kota Baghdad

mengalami kemajuan Khalifah Al-

Mu’tashim Billah (833-842 M) membangun

kota Samarra. Di dalam kota ini terdapat

istana yang indah dan megah, masjid raya,

taman kota dengan bunga-bunga yang indah,

dan alun-alun. Untuk memudahkan

masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya,

dibangun pula pusat-pusat perbelanjaan dan

pusat-pusat pelayanan publik.

Gambar ilustrasi 11. Khalifah Al-Mu’tashim Billah

 Sumber : Gana Islamika

Selain pembangunan di kota-kota tersebut, dua kota suci umat Islam

Makkah dan Madinah juga tidak terlepas dari sentuhan seni arsitektur para

penguasaa Daulah Abbasiyah. Terlebih Masjid Al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Menurut tradisi, setiap penguasa muslim pada

masanya masing-masing turut ambil bagian dalm renovasi dan

pembangunan dua Masjid suci kebanggaan umat Islam tersebut.

f. Seni Sastra

Dunia sastra mencapai puncak kejayaannya pada

masa Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad merupakan

pusatnya para penyair dan sastrawan. Bahkan hampir

seluruh khalifah Abbasiyah menyukai sastra. Berikut

beberapa penyair dan sastrawan yang terkenal saat itu

 Abu Athiyah (760 – 841 M)

 Abu Nawas (741 – 794 M)

 Abu Tamam (w 847 M)

Gambar ilustrasi 12: al Mutanabbi

 Sumber ; wikiwand.com

 Al-Buhtury (821 – 900 M)

 Al-Muntanabbi (961 – 967 M)

Kota Baghdad terkenal dengan kisah yang melegenda di kalangan umat Islam

yaitu cerita tentang 1001 malam (Alfu Lailah Wa Lailah) yang ditulis oleh

Mubasyir ibnu Fathik.

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

About

Facebook

Popular Posts

Blog Archive

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

About

Copyright © Rumah Belajar Online | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com