Jumat, 25 November 2022

KEMAJUAN PERADABAN ISLAM MASA DAULAH AYYUBIYAH

KEMAJUAN PERADABAN ISLAM

MASA DAULAH AYYUBIYAH



A. Proses Berdirinya Daulah Ayyubiyah


Daulah Ayyubiyah adalah sebuah dinasti sunni yang berkuasa di Mesir, Suriah,

sebagian Yaman, Irak, Mekah, Hejaz dan Dyarbakir. Dinasti Ayyubiyah didirikan oleh

Shalahuddīn al-Ayyubi. Penamaan al-Ayyubiyah dinisbatkan kepada nama belakangnya

Al-Ayyubi, diambil dari nama kakeknya yang bernama Ayyub. Nama besar dinasti ini

diperoleh sejak Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi berhasil mendirikan kesultanan yang

bermazhab Sunni, menggantikan kesultanan Fathimiyah yang bermazhab Syi’ah.


Dalam perkembangannya tercatat bahwa dinasti di Mesir yang paling

berpengaruh dalam membangun kejayaan Islam salah satunya adalah Daulah

Ayyubiyah yang didirikan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi mengukir kejayaan Islam

pada masanya. Untuk lebih jelasnya, bacalah teks dengan seksama.

a. Keruntuhan Daulah Abbasiyah

Daulah Abbasiyah yang pernah mencapai puncak kejayaan dalam sejarah

peradaban Islam, mulai menampakkan kemunduran pada periode kedua

kekhalifahannya. Kelemahan bidang politik dan pemerintahan menjadi salah satu

penyebab utama dari keruntuhan Daulah Abbasiyah. Hal ini disebabkan karena

periode kedua pemerintahan Daulah Abbasiyah tidak mandiri dalam bidang

politik dan pemerintahan.

Lemahnya pemerintahan Daulah Abbasiyah ini dimanfaatkan oleh daulah-

daulah kecil untuk melepaskan diri dari kekuasaan Abbasiyah. Antara lain :

1. Daulah Idrisiyah di Maroko (172-311 H/788-932 M)

2. Daulah Aghlabiyah di Tunisia (184-296 H/800-909 M)

3. Dulah Thuluniyah (254-292 H/868-905 M)

4. Daulah Ikhsidiyah (323-358 H/935-969 M)

5. Daulah Hamdaniyah (293-394 H/905-1004 M)

6. Daulah Thahiriyah (205-259 H/821-873 M)

b. Berdirinya Daulah Fathimiyah (297-567 H/909-1171 M)

Daulah Fathimiyyah adalah satu-satunya daulah Syiah dalam Islam, nama

daulah ini dinisbatkan kepada putri Nabi Muhammad Saw, Fathimah Az-Zahra.

Didirikan oleh Said ibn Husain yang merupakan keturunan Syi’ah Ismailiyah.

Gerakan pendirian Daulah Fathimiyah tidak terlepas dari peran serta seorang

pengikut Syi’ah bernama Abu Abdillah Asya’si.

Setelah kaum Alawiyyin mampu menaklukan Daulah Aghlabiyah di Tunisia,

berdirilah Daulah Fathimiyah dengan khalifah pertama Ubaidillah al Mahdi

dengan ibukota pemerintahannya kota Qairawan, Tunisia.

Pada tahun 358 H/969 M, panglima tentara Daulah Fathimiyah bernama

Jauhar As-Siqli mampu merebut Mesir dari kekuasaan Daulah Ikhsyidiyah.

Setelah menguasai Mesir, panglima Jauhar As-Siqli membangun sebuah kota

yang megah bernama Al-Qahirah (Kairo). Sejak saat itu Daulah Fathimiyah

memindahkan ibu kotanya ke Kairo, Mesir.

Secara keseluruhan Daulah Fathimiyyah berkuasa selama 262 tahun dengan

khalifah pertamanya Ubaidillah Al-Mahdi dan khalifah terakhirnya Al-Adid

Billah. Daulah Fathimiyah mencapai puncak kejayaannya pada saat khalifah

kelima yaitu Khalifah Abu Manshur Nizar Al-Aziz (975-996 M) berkuasa. Di

bawah kekuasaanya Mesir hidup dalam kedamaian, dan pada masa Khalifah Al-

Muiz Lidinillah Masjid Al-Azhar yang kemudian hari menjadi Universitas Al-

Azhar dibangun.

c. Proses Terbentuknya Daulah Ayyubiyah

Daulah Fathimiyah saat dipimpin oleh khalifah terakhinya bernama Khalifah

Al-Adid Billah (1160-1171 M) mengalami kemunduran dan kondisi

pemerintahan yang lemah. Selain karena musim peceklik, adanya penyerbuan

tentara salib ke Mesir, dan konflik internal pemerintahan Daulah Fathimiyah.

Dalam kondisi Mesir seperti itu, seorang panglima bernama Assaduddin

Syirkuh bersama saudaranya Shalahuddin Al-Ayyubi ditugaskan oleh gubernur

Syiria, Nuruddin Zangi untuk datang ke Mesir dengan tujuan mengusir tentara

salib sekaligus menguasai Mesir.

Rupanya proses ini tidak berjalan mulus, seorang perdana menteri Daulah

Fathimiyah bernama Syawwar, telah melakukan persengkongkolan dengan

tentara salib. Akhirnya, panglima Assaduddin Syirkuh dan Shalahuddin Al-

Ayyubi menagkap perdana menteri Syawwar. Kemudian, kedudukan Syawwar

digantikan oleh Assaduddin Syirkuh yang kemudian wafat setelah menjabat

sebagai perdana menteri selama dua bulan. Salahuddin Al-Ayyubi akhirnya

didapuk menjadi perdana menteri menggatikan Assaduddin Syirkuh.

Saat Khalifah Al-Adid Billah sakit, kedudukan Salahuddin Al-Ayyubi

semakin kuat. Shalahuddin Al-Ayyubi mendapat dukungan penuh dari rakyat

Mesir, apalagi Shalahuddin Al-Ayyubi dan rakyat Mesir sama-sama memiliki

faham Islam Sunni.

Bertepatan dengan wafatnya Khalifah Al-Adid Billah pada 10 Muharram

1171 M, Salahuddin Al-Ayyubi memproklamirkan berdirinya Daulah Ayyubiyah

dan berkahirnya pemerintahan Daulah  Fathimiyah.


B. Peradaban Islam Masa Daulah Ayyubiyah

a. Kemajuan Bidang Pendidikan

Pemerintahan Daulah Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai

kota pendidikan. Damaskus, ibu kota Suriah, masih menyimpan bukti yang

menunjukkan jejak arsitektur dan pendidikan yang dikembangkan para penguasa

Daulah Ayyubiyah tersebut. Mereka tidak hanya merenovasi dinding-dinding

pertahanan kota, menambahkan beberapa pintu gerbang dan menara, serta

membangun gedung-gedung pemerintahan yang masih bisa digunakan hingga kini,

tetapi juga mendirikan madrasah sebagai sekolah pertama di Damaskus yang

difokuskan untuk pengembangan ilmu hadist. Madrasah ini terus berkembang dan

menyebar ke seluruh pelosok Suriah.

Madrasah yang dibangun merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masjid

atau sebagai sekolah masjid. Lembaga pendidikan ini secara formal menerima murid-

murid dan mengikuti model madrasah yang dikembangkan pada masa Madrasah yang didirikan Nuruddin di Aleppo (Halb), Emessa, Hamah dan Ba’labak 

mengikuti madzhab Syafi’i. 

Pembangunan dan pengadaan fasilitas kesehatan untuk rakyat berupa Rumah 

sakit terus menerus mengalami pembenahan. Rumah Sakit Al-Nuri ini, menjadi 

rumah sakit kedua di Damaskus setelah rumah sakit al-walid dan ditambah fungsinya 

tidak hanya sebagai tempat pengobatan, juga sebagai sekolah kedokteran. 

Pada bangunan monumen-monumen, penguasa Daulah Ayyubiyah menorehkan 

seni menulis indah. Prasasti-prasasti yang ditulisnya menjadi daya tarik para ahli 

paleografi (ilmu tulisan kuno) Arab. Sejak saat itu diperkirakan seni kaligrafi (khat) 

Arab gaya Kufi muncul dan berkembang. Kaligrafi gaya Kufi kemudian diperbaharui 

dan melahirkan gaya kaligrafi Naskhi. 

Salah satu prasasti yang sampai saat ini masih bisa dilihat dan dibaca terdapat di 

menara benteng Aleppo. Disebutkan dalam catatan orang Suriah dan Hittiyah, 

benteng pertahanan tersebut merupakan mahakarya arsitektural Arab kuno dan terus 

ada berkat jasa pemeliharaan dan renovasi.

Pengembangan masjid sebagai lembaga pendidikan atau sekolah masjid, juga 

sebagai mausoleum menunjukkan pada masa Daulah Ayyubiyah terbangun konsep 

multifungsi yang berhubungan dengan masjid di Suriah. Bahkan pada pemerintahan 

selanjutnya, setelah Daulah Ayyubiah, yaitu masa pemerintahan Daulah Mamluk, 

melahirkan satu tradisi baru, yaitu menguburkan para pendiri sekolah masjid di bawah 

kubah bangunan yang mereka dirikan. 

Selanjutnya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga mencurahkan perhatian pada 

bidang pendidikan dan aristektur. Ia memperkenalkan pendidikan Madrasah ke 

berbagai wilayah di bawah kekuasaannya, seperti ke Yerusalem, Mesir dan lain-lain. 

Ibnu Jubayr menyebutkan ada beberapa juga madrasah di kota Iskandariah. Di antara 

madrasah terkemuka dan terbesar berada di Kairo dan memakai namanya sendiri, 

yaitu Madrasah al-Shalahiyah. Menurut sejarah Islam, jika Nizham al-Mulk adalah 

orang yang mula-mula mendirikan madrasah, yaitu Madarasah Nizhamiyah, maka 

setelah Madrasah Nizhamiah ini, madrasah terbesar adalah yang didirikan oleh 

Shalahuddin al- Ayyubi. 

Sekarang, madrasah-madrasah tersebut tidak bisa ditemukan lagi, namun sisa-

sisa arsitekturalnya masih bisa dilihat. Pada tahun-tahun berikutnya, gaya arsitektur Nizhamiyah. ini melahirkan beberapa monument Arab yang indah di Mesir. Salah satunya yang

terindah dan menjadi model terbaik adalah Madrasah Sultan Hasan di Kairo.

Di samping mendirikan sejumlah madrasah, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi juga

membangun dua rumah sakit di Kairo. Bangunan kedua rumah sakit itu dirancang

mengikuti model rumah sakit Nuriyah di Damaskus, yakni selain sebagai tempat

pengobatan, sekaligus sebagai sekolah kedokteran. Salah seorang dokter terkenal

yang juga menjadi dokter pribadi Shalahuddin adalah Ibnu Maymun, beragama

Yahudi.

b. Bidang Ekonomi dan Perdagangan

Dalam hal perekonomian pemerintahan Daulah Ayyubiyah bekerja sama dengan

penguasa muslim di wilayah lain, membangun perdagangan dengan kota-kota di laut

Tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistim perpajakan. Hubungan

internasional dalam perdagangan baik jalur laut maupun jalur darat semakin ramai

dan membawa pengaruh bagi negara Eropa dan negara-negara yang dikuasainya.

Sejak saat itu dunia ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem kredit,

bank termasuk Letter of Credit, bahkan ketika itu sudah ada mata uang yang terbuat

dari emas.

Selain itu, dimulai percetakan mata uang dirham campuran (fulus). Percetakan

fulus yang merupakan mata uang dari tembaga dimulai pada masa pemerintahan

Sultan Muhammad Al- Kamil ibn Al Adil Al- Ayyubi, percetakan uang fulus tersebut

dimaksudkan sebagai alat tukar terhadap barang-barang yang tidak signifikan denga

rasio 48 fulus untuk setiap dirhamnya.

Dalam bidang industri pada masa Ayyubiyah, sudah mengenal kemajuan di

bidang industri dengan dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih

dibanding buatan orang Barat. Juga sudah ada pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik

gelas.

c. Militer dan Sistem Pertahanan

Pada masa pemerintahan Shalahuddin, kekuatan militernya terkenal sangat

tangguh. Pasukannya diperkuat oleh pasukan Barbar, Turki dan Afrika. Selain juga

memiliki alat-alat perang, pasukan berkuda, pedang dan panah dinasti ini juga

memiliki burung elang sebagai kepala

 burung-burung dalam peperangan. 

Shalahuddin juga membuat bangunan monumental berupa tembok kota di Kairo

dan Muqattam yaitu benteng Qal’al Jabal atau lebih dikenal dengan sebutan benteng

Shalahuddin Al-Ayyubi, yang sampai hari ini masih berdiri dengan megahnya.

Benteng ini terletak bersebelahan Bukit Muqattam dan berhampiran dengan

Medan Sayyidah Aisyah. Ide membuat benteng ini hasil pemikirannya sendiri yang

direalisasikan pada tahun 1183M. Shalahuddin melihat bahwa Kota Kaherah begitu

luas dan besar, dan membutuhkan sistem pertahanan benteng yang kokoh

sebagaimana di Halab dan Syria.

Shalahuddin al-Ayubi memerintahkan agar bahan batu yang digunakan untuk

membangun pondasi benteng tersebut diambil dari batu-batu yang terdapat di

Piramid di Giza. Benteng ini dikelilingi pagar yang tinggi dan kokoh.

Untuk memasuki benteng, terdapat beberapa

pintu utama diantaranya pintu Fath, pintu Nasr,

pintu Khalk dan pintu Luq. Kemudian terdapat

saluan air berasal dari sungai Nil, yang pada

masa itu menjadi bekal minum para tentara. Pada

zaman kerajaan Usmaniyyah benteng ini

mengalami perluasan. Di bahagian utara benteng

terletak Masjid Mohammad Ali Pasha yang

terbuat dari marmer dan granit.

 Gambar Ilustrasi 21 : Qol’atul Jabal

 (Benteng Gunung) di Mesir.

 Sumber: tranungkite.net

Terdapat juga di dalam kawasan benteng ini Muzium Polis, Qasrul Jawhara

(Muzium Permata) yang menyimpan perhiasan raja-raja Mesir. Terdapat juga Mathaf

al-Fan al-Islami (Muzium Kesenian Islam) yang terletak di bab (pintu) Khalk yang

menyimpan ribuan barang yang melambangkan kesenian Islam semenjak zaman Nabi

Muhammad Saw, termasuk diantaranya surat Rasulullah Saw untuk penguasa Mesir

saat itu bernama Maqauqis, agar beriman kepada Allah Swt.

d. Bidang Pertanian

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Mesir dan daerah lainnya pada sektor

pertanian, Daulah Ayyubiyah telah menggunakan sistem irigasi, pembangunan waduk

dan bendungan serta terusan untuk mengairi kebun dan pertanian. Para petani merasakan manfaat dari fungsi irigasi, waduk, dan terusan yang dibangun ini. Salah

satu hasilnya produk panen berlimpah seperti, kurma, gula, dan gandum.

Shalahuddin Al-Ayyubi memulai karir politiknya ketika ia masih muda. Ketika

itu Sang Ayah yang bernama Najmuddin bin Ayyub menjabat sebagai komandan

pasukan di kota Ba’labak (sebelah utara Suriah). Najmuddin bin Ayyub ditunjuk

menjadi komandan oleh gubernur Nuruddin Zangi.

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

About

Facebook

Popular Posts

Blog Archive

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

About

Copyright © Rumah Belajar Online | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com