Read More

Slide 1 Title Here

Slide 1 Description Here
Read More

Slide 2 Title Here

Slide 2 Description Here
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Jumat, 25 November 2022

TEKS CERITA INSPIRATIF

 TEKS CERITA INSPIRATIF



Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inspirasi adalah ilham. Jadi, teks inspirasi

adalah bahan tertulis yang digunakan sebagai media untuk mendapatkan ilham, ide, atau gagasan

yang dapat menambah semangat dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan definisi

tadi, tujuan teks inspirasi adalah untuk menambah dan menggugah motivasi, semangat, dan rasa

percaya diri untuk menghadapi semua tantangan yang mungkin akan dihadapi dalam mencapai

tujuan yang diharapkan secara positif.

Ciri-Ciri Teks Inspirasi

1. Kisah nyata

Teks inspirasi biasanya diangkat atau diadaptasi dari sebuah kisah nyata. Ini digunakan untuk

memberikan gambaran bahwa hal-hal yang terjadi dalam kisah tersebut ternyata dapat juga

terjadi dalam kehidupan pembaca.

2. Tema

Selain kisah nyata, setiap bentuk tulisan teks inspirasi dapat dikembangkan dari satu tema

tertentu menjadi kisah inspirasi yang menarik.

3. Judul

Setiap teks inspirasi harus diberikan judul untuk memudahkan pembaca mengidentifikasi tentang

gambaran isi teks.

4. Alur

Dalam teks inspirasi terdapat alur cerita untuk memberikan pemahaman awal, inti, dan akhir

cerita atau kisah. Maka, teks inspirasi juga dapat disebut sebagai teks cerita karena di dalamnya

terdapat alur, yaitu urutan waktu cerita dari awal hingga akhir yang dapat dipahami pembaca.

5. Bersifat naratif

Teks inspirasi tentunya bersifat naratif atau cerita karena seperti yang sudah dijelaskan pada poin

sebelumnya, di dalamnya terdapat alur.

6. Ada tokoh yang diceritakan

Pada teks inspirasi terdapat tokoh cerita dengan kisah hidupnya yang dijadikan sumber inspirasi,

contoh, atau teladan bagi pembaca. Pada umumnya, tokoh dalam cerita inspiratif adalah manusia.

Unsur Teks Inspirasi

1. Abstraksi

Bagian yang pertama ini bersifat optional, boleh ditulis atau tidak. Namun, biasanya bagian ini

seringkali tidak ditulis. Abstraksi merupakan gambaran tentang isi teks.

2. Orientasi

Bagian ini berisi pengenalan tokoh, latar tokoh dan tema. Pengenalan tokoh terdapat pada

paragraf pertama, sedangkan latar tokoh biasanya terdapat pada paragraf pertama dan kedua.

3. Koda

Koda dalam teks inspirasi adalah saran dan solusi dari permasalahan yang terjadi dan dapat

diteladani. Amanat dalam teks biasanya terdapat pada paragraf kelima.


Contoh Teks Cerita Inspiratif

Diceritakan pada suatu hari, ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang puteranya.

Petani itu hanya memiliki seekor kuda kurus yang setiap harinya membantu menggarap ladang

mereka. Pada suatu hari, entah apa penyebabnya, tiba-tiba kuda petani lari begitu saja dari

kandang menuju ke hutan. Para tetangga yang mengetahui berita itu cuman bisa berkata,

“Sungguh malang nasibmu, Pak Tani..” Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku

tidak tahu …”

Beberapa hari kemudian, ternyata kuda petani kembali ke kandangnya. Namun ia tidak sendiri,

karena ada seekor kuda liar yang mengikutinya. Para tetangga yang melihat peristiwa itu berkata,

“Wah..sungguh beruntung nasibmu Pak Tani, bukan saja kudamu sudah kembali, tapi sekarang

kau mempunyai 2 ekor kuda.” Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak

tahu …”

Keesokan harinya, putera pak Tani dengan penuh semangat berusaha menjinakkan kuda barunya.

Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat untuk dikendalikan, sehingga pemuda itu jatuh dan

patah kakinya.

Para tetangga yang melihat peristiwa itu berkata, “Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!”

Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …”

Putera pak Tani hanya bisa terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kakinya.

Perlu waktu yang lama hingga tulangnya yang patah sembuh kembali. Tak lama kemudian,

datanglah Panglima Perang kerajaan ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk

bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh kerajaan. Seluruh pemuda pun

wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena

ia masih belum bisa berjalan dengan baik.

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putera-puteranya bertempur, dan berkata,

“Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!” Pak tani hanya menjawab, “Malang atau

beruntung? Aku tidak tahu …”

Nilai yang dapat diambil:

Cerita petani di atas yang telah menunjukkan kerendahan hatinya, sungguh patutlah kita contoh.

Si Petani tidak begitu saja menyalahkan keadaan ketika dia kehilangan kuda atau pada saat

anaknya jatuh dan patah kakinya. Ia pun tidak melakukan sesuatu yang berlebihan ketika

mendapatkan tambahan kuda liar atau ketika anaknya tidak ikut ke medan perang.

Terkadang dalam hidup ini, kita terlalu cepat mengambil kesimpulan akan suatu peristiwa yang

telah terjadi. Padahal belum tentu kesimpulan itu benar adanya. Terkadang malah kita bisa

mendapatkan hikmah pembelajaran di balik masalah yang kita hadapi. Jadi mulai sekarang,

marilah kita tetap menjaga pikiran positif meski masalah yang kita hadapi saat ini sangatlah sulit,

karena di belakang itu semua, pastilah akan membuat kita semakin kuat dan lebih bijaksana.

Read More

TEKS DISKUSI

 TEKS DISKUSI



Pengertian Teks Diskusi

Teks diskusi adalah salah satu jenis teks yang memberikan dua pendapat mengenai suatu hal.

Pendapat tersebut tentu ada yang selaras dan juga ada yang bertentangan.

Struktur Teks Diskusi

Teks diskusi memiliki 3 struktur, yaitu:

• Isu.

• Argumen atau pendapat. Terdapat dua argumen, yakni argumen mendukung dan argumen

menentang atau menolak.

• Kesimpulan.

Struktur teks diskusi juga bisa menjadi 4 bagian jika kedua argumen disebutkan, yakni argumen

mendukung dan argumen menentang (menolak). Jadi, 3 atau 4 struktur ini sama saja.

Ciri-ciri Teks Diskusi

Teks diskusi juga memiliki ciri-ciri, yaitu sebagai berikut:

• Strukturnya terdiri atas isu, argumen mendukung,argumen menentang, dan simpulan.

• Memuat informasi yang bersifat informatif-argumenatif.

• Ciri kebahasaan teks diskusi menggunakan kata hubung perlawanan (tetapi, sedangkan

dan sebagainya).

Jenis Teks Diskusi

Teks diskusi dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:

• Seminar

• Sarasehan

• Simposium

• Diskusi panel

• Kongres

• Muktamar

• Lokakarya

Contoh Teks Diskusi

Isu

Pada saat ini, para kalangan remaja bahkan anak-anak di Indonesia sudah sangat mengenal yang

namanya "Game Online". Game online memang salah satu permainan yang biasa dimainkan di

komputer, laptop, tablet, atau bahkan handphone dengan menggunakan koneksi internet. Karena

menggunakan koneksi internet, maka permainan ini disebut game online.

Banyak sekali pro dan kontra atas game online ini. Ada sebagian yang beranggapan bahwa game

online itu baik-baik saja jika digunakan sebagai sarana hiburan, karena jumlah game online yang

tak terbatas. Namun ada juga yang menentang pendapat ini, karena game online sering

menyebabkan anak menjadi lupa belajar bahkan ada yang sampai bolos sekolah demi bermain

game online.

Argumen mendukung

Di satu sisi, banyak sekali yang mendukung permainan game online ini untuk dimainkan.

Terutama para gamers yang ada di negeri ini. Mereka beranggapan, “apa salahnya bermain

game? Kan hanya untuk kesenangan semata.” Dan lagi pula anak-anak juga butuh hiburan. Jadi,

wajar saja jika para anak-anak di Indonesia senang sekali memainkan game online. Beberapa

game online juga ada yang bersifat edukatif, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi

perkembangan kecerdasan anak.

Argumen menentang

Namun, di sisi lain game online juga memberikan dampak negatif sehingga banyak sekali orang-

orang khususnya para orang tua yang melarang anaknya bermain game online dengan alasan

karena dapat menyebabkan anak menjadi malas/lupa belajar sehingga sekolah mereka terganggu.

Bahkan, sebagian dari mereka ada yang rela membolos sekolah hanya karena bermain game

online di warnet. tentunya ini kan membuat mereka menjadi ketinggalan pelajaran.

Selain itu, saat ini game yang berbau kekerasan sudah dianggap sebagai game yang tidak layak

untuk dimainkan oleh remaja. Game yang didukung hanya game yang bersifat produktif atau

game yang mendorong remaja untuk berpikiran positif, atau game yang diciptakan untuk

mengasah kemampuan.

Simpulan

Sisi positif dan negatif itu pasti ada, game online memang tidak mungkin dilarang, namun dengan

memilih game yang tepat untuk dimainkan, secara otomatis akan mendorong remaja untuk lebih

kreatif dan produktif.

Read More

KEMAJUAN PERADABAN ISLAM MASA DAULAH AYYUBIYAH

KEMAJUAN PERADABAN ISLAM

MASA DAULAH AYYUBIYAH



A. Proses Berdirinya Daulah Ayyubiyah


Daulah Ayyubiyah adalah sebuah dinasti sunni yang berkuasa di Mesir, Suriah,

sebagian Yaman, Irak, Mekah, Hejaz dan Dyarbakir. Dinasti Ayyubiyah didirikan oleh

Shalahuddīn al-Ayyubi. Penamaan al-Ayyubiyah dinisbatkan kepada nama belakangnya

Al-Ayyubi, diambil dari nama kakeknya yang bernama Ayyub. Nama besar dinasti ini

diperoleh sejak Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi berhasil mendirikan kesultanan yang

bermazhab Sunni, menggantikan kesultanan Fathimiyah yang bermazhab Syi’ah.


Dalam perkembangannya tercatat bahwa dinasti di Mesir yang paling

berpengaruh dalam membangun kejayaan Islam salah satunya adalah Daulah

Ayyubiyah yang didirikan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi mengukir kejayaan Islam

pada masanya. Untuk lebih jelasnya, bacalah teks dengan seksama.

a. Keruntuhan Daulah Abbasiyah

Daulah Abbasiyah yang pernah mencapai puncak kejayaan dalam sejarah

peradaban Islam, mulai menampakkan kemunduran pada periode kedua

kekhalifahannya. Kelemahan bidang politik dan pemerintahan menjadi salah satu

penyebab utama dari keruntuhan Daulah Abbasiyah. Hal ini disebabkan karena

periode kedua pemerintahan Daulah Abbasiyah tidak mandiri dalam bidang

politik dan pemerintahan.

Lemahnya pemerintahan Daulah Abbasiyah ini dimanfaatkan oleh daulah-

daulah kecil untuk melepaskan diri dari kekuasaan Abbasiyah. Antara lain :

1. Daulah Idrisiyah di Maroko (172-311 H/788-932 M)

2. Daulah Aghlabiyah di Tunisia (184-296 H/800-909 M)

3. Dulah Thuluniyah (254-292 H/868-905 M)

4. Daulah Ikhsidiyah (323-358 H/935-969 M)

5. Daulah Hamdaniyah (293-394 H/905-1004 M)

6. Daulah Thahiriyah (205-259 H/821-873 M)

b. Berdirinya Daulah Fathimiyah (297-567 H/909-1171 M)

Daulah Fathimiyyah adalah satu-satunya daulah Syiah dalam Islam, nama

daulah ini dinisbatkan kepada putri Nabi Muhammad Saw, Fathimah Az-Zahra.

Didirikan oleh Said ibn Husain yang merupakan keturunan Syi’ah Ismailiyah.

Gerakan pendirian Daulah Fathimiyah tidak terlepas dari peran serta seorang

pengikut Syi’ah bernama Abu Abdillah Asya’si.

Setelah kaum Alawiyyin mampu menaklukan Daulah Aghlabiyah di Tunisia,

berdirilah Daulah Fathimiyah dengan khalifah pertama Ubaidillah al Mahdi

dengan ibukota pemerintahannya kota Qairawan, Tunisia.

Pada tahun 358 H/969 M, panglima tentara Daulah Fathimiyah bernama

Jauhar As-Siqli mampu merebut Mesir dari kekuasaan Daulah Ikhsyidiyah.

Setelah menguasai Mesir, panglima Jauhar As-Siqli membangun sebuah kota

yang megah bernama Al-Qahirah (Kairo). Sejak saat itu Daulah Fathimiyah

memindahkan ibu kotanya ke Kairo, Mesir.

Secara keseluruhan Daulah Fathimiyyah berkuasa selama 262 tahun dengan

khalifah pertamanya Ubaidillah Al-Mahdi dan khalifah terakhirnya Al-Adid

Billah. Daulah Fathimiyah mencapai puncak kejayaannya pada saat khalifah

kelima yaitu Khalifah Abu Manshur Nizar Al-Aziz (975-996 M) berkuasa. Di

bawah kekuasaanya Mesir hidup dalam kedamaian, dan pada masa Khalifah Al-

Muiz Lidinillah Masjid Al-Azhar yang kemudian hari menjadi Universitas Al-

Azhar dibangun.

c. Proses Terbentuknya Daulah Ayyubiyah

Daulah Fathimiyah saat dipimpin oleh khalifah terakhinya bernama Khalifah

Al-Adid Billah (1160-1171 M) mengalami kemunduran dan kondisi

pemerintahan yang lemah. Selain karena musim peceklik, adanya penyerbuan

tentara salib ke Mesir, dan konflik internal pemerintahan Daulah Fathimiyah.

Dalam kondisi Mesir seperti itu, seorang panglima bernama Assaduddin

Syirkuh bersama saudaranya Shalahuddin Al-Ayyubi ditugaskan oleh gubernur

Syiria, Nuruddin Zangi untuk datang ke Mesir dengan tujuan mengusir tentara

salib sekaligus menguasai Mesir.

Rupanya proses ini tidak berjalan mulus, seorang perdana menteri Daulah

Fathimiyah bernama Syawwar, telah melakukan persengkongkolan dengan

tentara salib. Akhirnya, panglima Assaduddin Syirkuh dan Shalahuddin Al-

Ayyubi menagkap perdana menteri Syawwar. Kemudian, kedudukan Syawwar

digantikan oleh Assaduddin Syirkuh yang kemudian wafat setelah menjabat

sebagai perdana menteri selama dua bulan. Salahuddin Al-Ayyubi akhirnya

didapuk menjadi perdana menteri menggatikan Assaduddin Syirkuh.

Saat Khalifah Al-Adid Billah sakit, kedudukan Salahuddin Al-Ayyubi

semakin kuat. Shalahuddin Al-Ayyubi mendapat dukungan penuh dari rakyat

Mesir, apalagi Shalahuddin Al-Ayyubi dan rakyat Mesir sama-sama memiliki

faham Islam Sunni.

Bertepatan dengan wafatnya Khalifah Al-Adid Billah pada 10 Muharram

1171 M, Salahuddin Al-Ayyubi memproklamirkan berdirinya Daulah Ayyubiyah

dan berkahirnya pemerintahan Daulah  Fathimiyah.


B. Peradaban Islam Masa Daulah Ayyubiyah

a. Kemajuan Bidang Pendidikan

Pemerintahan Daulah Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai

kota pendidikan. Damaskus, ibu kota Suriah, masih menyimpan bukti yang

menunjukkan jejak arsitektur dan pendidikan yang dikembangkan para penguasa

Daulah Ayyubiyah tersebut. Mereka tidak hanya merenovasi dinding-dinding

pertahanan kota, menambahkan beberapa pintu gerbang dan menara, serta

membangun gedung-gedung pemerintahan yang masih bisa digunakan hingga kini,

tetapi juga mendirikan madrasah sebagai sekolah pertama di Damaskus yang

difokuskan untuk pengembangan ilmu hadist. Madrasah ini terus berkembang dan

menyebar ke seluruh pelosok Suriah.

Madrasah yang dibangun merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masjid

atau sebagai sekolah masjid. Lembaga pendidikan ini secara formal menerima murid-

murid dan mengikuti model madrasah yang dikembangkan pada masa Madrasah yang didirikan Nuruddin di Aleppo (Halb), Emessa, Hamah dan Ba’labak 

mengikuti madzhab Syafi’i. 

Pembangunan dan pengadaan fasilitas kesehatan untuk rakyat berupa Rumah 

sakit terus menerus mengalami pembenahan. Rumah Sakit Al-Nuri ini, menjadi 

rumah sakit kedua di Damaskus setelah rumah sakit al-walid dan ditambah fungsinya 

tidak hanya sebagai tempat pengobatan, juga sebagai sekolah kedokteran. 

Pada bangunan monumen-monumen, penguasa Daulah Ayyubiyah menorehkan 

seni menulis indah. Prasasti-prasasti yang ditulisnya menjadi daya tarik para ahli 

paleografi (ilmu tulisan kuno) Arab. Sejak saat itu diperkirakan seni kaligrafi (khat) 

Arab gaya Kufi muncul dan berkembang. Kaligrafi gaya Kufi kemudian diperbaharui 

dan melahirkan gaya kaligrafi Naskhi. 

Salah satu prasasti yang sampai saat ini masih bisa dilihat dan dibaca terdapat di 

menara benteng Aleppo. Disebutkan dalam catatan orang Suriah dan Hittiyah, 

benteng pertahanan tersebut merupakan mahakarya arsitektural Arab kuno dan terus 

ada berkat jasa pemeliharaan dan renovasi.

Pengembangan masjid sebagai lembaga pendidikan atau sekolah masjid, juga 

sebagai mausoleum menunjukkan pada masa Daulah Ayyubiyah terbangun konsep 

multifungsi yang berhubungan dengan masjid di Suriah. Bahkan pada pemerintahan 

selanjutnya, setelah Daulah Ayyubiah, yaitu masa pemerintahan Daulah Mamluk, 

melahirkan satu tradisi baru, yaitu menguburkan para pendiri sekolah masjid di bawah 

kubah bangunan yang mereka dirikan. 

Selanjutnya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga mencurahkan perhatian pada 

bidang pendidikan dan aristektur. Ia memperkenalkan pendidikan Madrasah ke 

berbagai wilayah di bawah kekuasaannya, seperti ke Yerusalem, Mesir dan lain-lain. 

Ibnu Jubayr menyebutkan ada beberapa juga madrasah di kota Iskandariah. Di antara 

madrasah terkemuka dan terbesar berada di Kairo dan memakai namanya sendiri, 

yaitu Madrasah al-Shalahiyah. Menurut sejarah Islam, jika Nizham al-Mulk adalah 

orang yang mula-mula mendirikan madrasah, yaitu Madarasah Nizhamiyah, maka 

setelah Madrasah Nizhamiah ini, madrasah terbesar adalah yang didirikan oleh 

Shalahuddin al- Ayyubi. 

Sekarang, madrasah-madrasah tersebut tidak bisa ditemukan lagi, namun sisa-

sisa arsitekturalnya masih bisa dilihat. Pada tahun-tahun berikutnya, gaya arsitektur Nizhamiyah. ini melahirkan beberapa monument Arab yang indah di Mesir. Salah satunya yang

terindah dan menjadi model terbaik adalah Madrasah Sultan Hasan di Kairo.

Di samping mendirikan sejumlah madrasah, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi juga

membangun dua rumah sakit di Kairo. Bangunan kedua rumah sakit itu dirancang

mengikuti model rumah sakit Nuriyah di Damaskus, yakni selain sebagai tempat

pengobatan, sekaligus sebagai sekolah kedokteran. Salah seorang dokter terkenal

yang juga menjadi dokter pribadi Shalahuddin adalah Ibnu Maymun, beragama

Yahudi.

b. Bidang Ekonomi dan Perdagangan

Dalam hal perekonomian pemerintahan Daulah Ayyubiyah bekerja sama dengan

penguasa muslim di wilayah lain, membangun perdagangan dengan kota-kota di laut

Tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistim perpajakan. Hubungan

internasional dalam perdagangan baik jalur laut maupun jalur darat semakin ramai

dan membawa pengaruh bagi negara Eropa dan negara-negara yang dikuasainya.

Sejak saat itu dunia ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem kredit,

bank termasuk Letter of Credit, bahkan ketika itu sudah ada mata uang yang terbuat

dari emas.

Selain itu, dimulai percetakan mata uang dirham campuran (fulus). Percetakan

fulus yang merupakan mata uang dari tembaga dimulai pada masa pemerintahan

Sultan Muhammad Al- Kamil ibn Al Adil Al- Ayyubi, percetakan uang fulus tersebut

dimaksudkan sebagai alat tukar terhadap barang-barang yang tidak signifikan denga

rasio 48 fulus untuk setiap dirhamnya.

Dalam bidang industri pada masa Ayyubiyah, sudah mengenal kemajuan di

bidang industri dengan dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih

dibanding buatan orang Barat. Juga sudah ada pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik

gelas.

c. Militer dan Sistem Pertahanan

Pada masa pemerintahan Shalahuddin, kekuatan militernya terkenal sangat

tangguh. Pasukannya diperkuat oleh pasukan Barbar, Turki dan Afrika. Selain juga

memiliki alat-alat perang, pasukan berkuda, pedang dan panah dinasti ini juga

memiliki burung elang sebagai kepala

 burung-burung dalam peperangan. 

Shalahuddin juga membuat bangunan monumental berupa tembok kota di Kairo

dan Muqattam yaitu benteng Qal’al Jabal atau lebih dikenal dengan sebutan benteng

Shalahuddin Al-Ayyubi, yang sampai hari ini masih berdiri dengan megahnya.

Benteng ini terletak bersebelahan Bukit Muqattam dan berhampiran dengan

Medan Sayyidah Aisyah. Ide membuat benteng ini hasil pemikirannya sendiri yang

direalisasikan pada tahun 1183M. Shalahuddin melihat bahwa Kota Kaherah begitu

luas dan besar, dan membutuhkan sistem pertahanan benteng yang kokoh

sebagaimana di Halab dan Syria.

Shalahuddin al-Ayubi memerintahkan agar bahan batu yang digunakan untuk

membangun pondasi benteng tersebut diambil dari batu-batu yang terdapat di

Piramid di Giza. Benteng ini dikelilingi pagar yang tinggi dan kokoh.

Untuk memasuki benteng, terdapat beberapa

pintu utama diantaranya pintu Fath, pintu Nasr,

pintu Khalk dan pintu Luq. Kemudian terdapat

saluan air berasal dari sungai Nil, yang pada

masa itu menjadi bekal minum para tentara. Pada

zaman kerajaan Usmaniyyah benteng ini

mengalami perluasan. Di bahagian utara benteng

terletak Masjid Mohammad Ali Pasha yang

terbuat dari marmer dan granit.

 Gambar Ilustrasi 21 : Qol’atul Jabal

 (Benteng Gunung) di Mesir.

 Sumber: tranungkite.net

Terdapat juga di dalam kawasan benteng ini Muzium Polis, Qasrul Jawhara

(Muzium Permata) yang menyimpan perhiasan raja-raja Mesir. Terdapat juga Mathaf

al-Fan al-Islami (Muzium Kesenian Islam) yang terletak di bab (pintu) Khalk yang

menyimpan ribuan barang yang melambangkan kesenian Islam semenjak zaman Nabi

Muhammad Saw, termasuk diantaranya surat Rasulullah Saw untuk penguasa Mesir

saat itu bernama Maqauqis, agar beriman kepada Allah Swt.

d. Bidang Pertanian

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Mesir dan daerah lainnya pada sektor

pertanian, Daulah Ayyubiyah telah menggunakan sistem irigasi, pembangunan waduk

dan bendungan serta terusan untuk mengairi kebun dan pertanian. Para petani merasakan manfaat dari fungsi irigasi, waduk, dan terusan yang dibangun ini. Salah

satu hasilnya produk panen berlimpah seperti, kurma, gula, dan gandum.

Shalahuddin Al-Ayyubi memulai karir politiknya ketika ia masih muda. Ketika

itu Sang Ayah yang bernama Najmuddin bin Ayyub menjabat sebagai komandan

pasukan di kota Ba’labak (sebelah utara Suriah). Najmuddin bin Ayyub ditunjuk

menjadi komandan oleh gubernur Nuruddin Zangi.

Read More

Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia

 Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia



Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual

bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits,

fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah

juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan

karya ilmiah.

a. Ulama Hadits (Muhadditsin)

Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah

sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan

pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi

Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber

hukum yang benar.

Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama

hadits tersebut adalah :

1. Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M)

Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin

Muqirah Al-Ja’fi bin Bardizbah Al-Bukhari, lahir bulan Syawal 194 H di Bukhara,

Uzbekistan, Asia tengah sehingga dikenal dengan panggilan ‘Al-Bukhari’.

Imam Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab ats-

Tsiqat, Ibnu Hiban menulis bahwa ayah Bukhari dikenal sebagai seorang yang

wara’, seorang ulama bermazhab Maliki dan murid dari Imam Malik, ulama besar

dan ahli fiqih. Ia wafat ketika Bukhari masih kecil.

Imam Bukhari sudah melakukan pengembaraan menuntut ilmu sejak berusia

sepuluh tahun. Ia pergi ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah,

Mekkah Mesir, dan Syam.

Imam Bukhari berguru pada Syekh Ad-Dakhili. Ulama ahli Hadist yang

mashur di Bukhara. Pada usia 16 tahun ia mengunjungi kota suci Makkah dan

Madinah untuk mengikuti kuliah dari para guru besar

Hadist. Pada usia 18 tahun dia sudah hafal karya Mubarak

dan Waki’ bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh

Ishaq, menghimpun Hadist-Hadist shahih dalam satu kitab.

Dari satu juta Hadist yang diriwayatkan 80.000 Rawi

disaring menjadi 7.275 Hadist.

Untuk mengumpulkan dan menyeleksi Hadist Sahih,

Imam Bukahri menghabiskan waktu selama 16 tahun

mengunjungi berbagai kota untuk menemui para Rawi

Hadist. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain Basrah, Mesir, Hijaz

(Mekkah, Madinah), Kufah, Baqhdad sampai Asia Barat.

Di antara ulama Hadist yang yang termasuk guru Imam Bukahri adalah Ali-

bin al-Madani, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Makki bin Ibrahim al-Bakhi,

dan Muhammad bin Yusuf Al-Baikandhi. Selain itu, banyak ahli Hadist yang

berguru kepadanya, diantaranya Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi,

Muhammad Ibnu Nazr, dan Imam Muslim.

Imam Bukhari merupakan ulama Hadist yang banyak menulis kitab-kitab

Hadist. Kitab-kitabnya menjadi rujukan bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk

di Indonesia. Sebagian diantara karya-karya adalah: Sahih Bukhari, al-Adab al-

Mufrad, adh-Dhuafa ash-Shqhir, at- Tarikh as- Shaghir, at- Tharikh al- Aushat. At thrikh al- Kabir, at-Tafsir al-Kabir, al-Ilal, Raful yadain fi as-Salah, Birrul al-

Walidain, ad-Dhuafa, al-hibah. Diantara karya-karya tersebut yang termashur

adalah al-Jami’ al-Musnad ash-Sahih al- Mukhtasar min Umur Rasul Allah was

Sunanih wa Ayyamih.

Imam al-Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H dalam usia 62

tahun. Jenazahnya dikuburkan di Khartank, sebuah desa di Samarkand.

2. Imam Muslim (204-261 H/810-870 M)

Nama lengkapnya Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin

Kausyaz Al-Qusyairi An- Naisaburi, dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H/810

M. Naisabur, saat itu termasuk wilayah Rusia, yang dalam sejarah Islam dikenal

dengan sebutan Maa Wara’a an Nahr, daerah-daerah yang terletak di belakang

Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah.

Naisabur pernah menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan kurang lebih 150

tahun pada masa Dinasti Samanid. Bahkan, kota Naisabur dikenal juga saat itu

sebagai salah satu kota ilmu, tempat berkumpulnya ulama besar dan pusat

peradaban di kawasan Asia Tengah.

Imam Muslim sangat menyukai ilmu Hadist. Kecerdasan dan ketajaman

hafalannya sudah ditunjukkan sejak kecil. Pada usia 10 tahun, sering datang

berguru kepada Imam Ad Dakhili, seorang ahli hadits di kotanya. Setahun

kemudian, Muslim mulai menghafal Hadist dan berani

mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam

periwayatan Hadist. Kecintaannya kepada ilmu Hadist

menjadikannya pngembara ke berbagai tempat dan

untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah Hadist.

Imam Muslim banyak

menulis kitab-kitab Hadist,

diantaranya yang termashur

adalah, al-Jami’ ash-Sahih atau

dikenal sebagai Shahih Muslim, al-Musnad al-Kabir, al-Asmah Wal-

kun,al-Ilal, al-Qaran, Sualat Ahmad bin Hambal, al-intifa’ bi

Uhubis-Siba’, Al-Muhadramain, Man laisa lahu Illa Rawin Wahid,

kitab Auladish-shaba, dan kitab Auham al-Muhaddisin. Selain itu,yang paling mashur adalah ash-Sahih, yang judul lengkapanya adalah al-Musnad as-

Shahih al- Mukhtashar Min as-Sunan bin Naql al-Adl’an Rasul Allah, berisi 3,033

Hadist.

Beliau wafat pada hari Ahad sore, dimakamkan di Nasr Abad, salah satu

daerah di luar Nisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H/5 Mei 875 M, dalam usia

55 tahun.

3. Imam Abu Daud (202-275 H/817-889 M)

Nama lengkapnya, Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishaq

bin Basyir bin Syidad bin ‘Amr Al-Azdi As-Sijistani,

dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan. Sejak kecil,

Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama. Belum

cukup dewasa, sudah mengunjungi dan mengelilingi

berbagai negeri seperti Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah,

Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain, untuk belajar Hadist

Gambar Iluatrasi 18 :Kitab Sunan Abi Dawud

Sumber : alfikeer.com

dari para ulama. Hadist-Hadist yang diperolehnya disaring dan hasil

penyaringannya dibukukan dalam kitab As-Sunan.

Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali untuk mengajarkan Hadist dan

fiqh kepada penduduk dengan menggunakan kitab Sunan sebagai pegangannya.

Kitab Sunan karyanya itu dipuji oleh Ahmad bin Hanbal, ulama fiqh termasyhur

dalam empat Imam Madzhab.

Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gubernur setempat

yang menghendaki supaya Basrah menjadi pusat bagi para ilmuwan dan peminat

Hadist.

Para ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud sangat banyak jumlahnya,

diantaranya Ahmad bin Hanbal, Al-Qa’nabi, Abu ‘Amr Ad-Darir, Muslim bin

Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abu’l Walid At-Tayalisi dan lain-lain. Sebahagian

dari gurunya ada yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti

Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa’id. Adapun para

ulama yang menjadi muridnya atau mengambil ilmunya, antara lain Abu ‘Isa At-

Tirmidzi, Abu Abdur Rahman An-Nasa’i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa’id al-A’rabi, Abu Ali al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin

Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi dan lain-lain.

Abu Dawud adalah salah seorang ulama besar yang prilakunya wara’, saleh

dan bijksana. Sifat-sifat mulianya diungkapkan oleh sebahagian ulama dengan

menyatakan:

“Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa

dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini

menyerupai Waki’, Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur,

Mansur menyerupai Ibrahim An-Nakha’i, Ibrahim menyerupai ‘Alqamah dan ia

menyerupai Ibnu Mas’ud. Sedangkan Ibnu Mas’ud sendiri menyerupai Nabi SAW

dalam sifat-sifat tersebut.”

Imam Abu Dawud menulis

banyak kitab Hadist, antara lain:

Kitab As-Sunnan (Sunan Abu

Dawud), Kitab Al-Marasil. Kitab Al-

Qadar, An-Nasikh wal-Mansukh,

Fada’il al-A’mal, Kitab Az-Zuhd.

Dala’il an-Nubuwah, Ibtida’ al-Wahyu, Ahbar al-Khawarij. Kitabnya yang banyak

dikenal di kalangan umat muslim Indonesia adalah Kitab As-Sunan Abu Dawud.

Abu Dawud meninggal di Basrah pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889 M.

4. Imam At-Tirmidzi (209-279 H/824-892 M)

Imam Tirmidzi banyak mengarang kitab diantaranya, Kitab Al-ilal, Kitab Asma

Ash-Shahabah, Kitab Al-Asma’ Al-Kuna, dan yang terkenal adalah Kitab As-Sunan.

Dalam bab Hadist Hasan disebutkan bahwa Sunan At-Tirmidzi adalah induk Hadist

Hasan. Dalam kitab tersebut ada empat bagian: pertama bagian yang dipastikan

kesahihannya, kedua bagian yang mencapai syarat, Abu Daud dan An-Nasai’, ketiga

bagian yang jelas illatnya, keempat dalam hal yang ia terangkan dalam katanya

sendiri. ‘’Yang kutakhrijkan dalam kitabku ini adalah Hadist yang telah diamalkan

oleh sebagian ulama’’.

Diantara keistimewaan kitab As-Sunan adalah yang diisyaratkan oleh Abdullah

bin Muhammd Al-Anshari dengan ucapan beliau: ‘kitab At-Tirmidzi bagiku lebih terang dari pada kitab Al-Bukhari dan Muslim’. Kitab At-Tirmidzi menurutnya

bisa dicapai oleh setiap orang, baik ahli fiqih ahli Hadist atau ahli yang lainnya.

Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi,

bertukar pikiran dan mengarang pada ahir hidupnya dia menderita penyakit buta,

beberapa tahun lamanya. Dalam keadaan seperti inilah Imam At-Tirmidzi kemudian

meninggal. Ia wafat di Tirmidzi pada malam Senin, 13 Rajab tahun 279 H/8

Oktober 892 dalam usia 70 tahun.

5. Imam An-Nasa’i (215-303 H/839-915)

Nama lengkapnya Abu Abdurrahman bin Syu’aib bin Ali Ibnu Abi Bakar Ibnu

Sinan an-Nasai, lahir pada tahun 215 H. Dikenal dengan nama Nasa’i dinisbatkan

dengan kota Nasa’i , salah satu kota di Khurasan. Imam Nasi’i menerima Hadist

dari Sa’id, Ishaq bin Rahawahih dan ulama-ulama lain dari tokoh Hadist di

Khurasan, Hijaz, Irak, Mesir, Syam dan Jazirah Arab.

Imam Nasa’i terkenal karena ketinggian sanad Hadistnya. Kitab Sunan An-

Nasa’i mengandung lebih sedikit Hadist Dhaifnya, setelah Hadist Sahih Bukhari

dan Shahih Muslim. Diantara para gurunya adalah Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin

Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih Al-Harist bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu

Daud, dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi. Adapun ulama-ulama yang pernah berguru

kepadanya diantaranya: Abu Al-Qasim At-Tabarani (pengarang kitab Mu’jam),

Abu Ja’far At-Thahawi, Al-Hasan bin Al-Khadir As-Suyuti, Muhammad bin

Muawiyah bin Al-Ahamr An-Dalusi, Abu Naashr Al-Dalaby, dan Abu Bakar bin

Ahmad As-Sunni.

Kitab-kitab Hadist karya Iman An-Nasa’i diantaranya: As-Sunan al-Kubra yang

dikenal dengan Sunan An-Nasa’i, As-Sunan al-Mujtaba, Kitab at-Tamyiz, Kitab

Adh-Dhu’afa, Khasa’is Ali, Musnad Ali, Musnad Malik dan Manasik al-Hajji .

Imam An-Nasa’i wafat pada tahun 303 H/915 M dan dimakamkan di Bait Al-

Maqdis, Palestina.

6. Imam Ibnu Majah (209-273 H/824-887 M)

Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah Ar-Rabi’i

Al-Qazwini. Lebih akrab dipanggil Ibnu Majah. Ibnu Majah terkenal kejujuran dan

akhlak mulianya. Dilahirkan di Qazwin, Irak pada 209 H/824 M. Sebutan Majah

dinisbahkan kepada ayahnya, Yazid, yang juga dikenal dengan nama Majah Maula Rab’at. Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja dan menekuni bidang ilmu

Hadis pada usia 15 tahun kepada seorang guru ternama Ali bin Muhammad At-

Tanafasi.

Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar. Hal inilah yang membuat

Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negara guna mencari,

mengumpulkan, dan menulis Hadist. Puluhan negeri telah ia kunjungi, antara lain

Rayy (Teheran), Basra, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, Mesir dan Hijaz. Ia

menerima Hadist dari para ulama Hadist di tempat-tempat yang dikunjunginya

diantaranya dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin

Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para

pengikut perawi dan ahli Hadis, Imam Malik serta Al-Lays.Juga dari Ishaq bin

Muhammad, Ali bin Ibrahim bin Salamah Al-Qattan, Ahmad bin Ibrahim, dan

sebagainya.

Melalui pertemuannya dengan berbagai ulama Hadist di berbagai tempat inilah,

Ibnu Majah dapat menghimpun dan menulis puluhan bahkan ratusan Hadis dari

sumber-sumber yang dipercaya kesahihannya.

Sepanjang hayatnya, Imam Ibnu Majah telah menulis puluhan buku, baik dalam

bidang Hadist, sejarah, fikih, maupun tafsir. Di bidang tafsir, antara lain menulis

Tafsir Al-Qur’anul Karim. Di bidang sejarah, At-Tariikh, yang memuat biografi

para perawi Hadist sejak awal hingga ke masanya. Adapun karyanya yang paling

monumental dan populer di kalangan Muslim dan literatur klasik adalah kitab di

bidang Hadist berjudul Kitab Sunan Ibnu Majah. Menurut Muhammad Fuad Abdul

Baqi, penulis buku Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Alquran (Indeks Alquran), jumlah

Hadist dalam kitab Sunan Ibnu Majah berjumlah 4.241 buah Hadis.

Kontribusinya di bidang ilmu-ilmu Islam itu, khususnya bidang ilmu Hadis,

banyak mendapat pujian dari para ulama besar lainnya. Abu Ya’la Al-Khalili Al-

Qazwini mengatakan, “Ibnu Majah adalah seorang yang terpercaya, yang

disepakati tentang kejujurannya, dapat dijadikan pdoman pendapat-pendapatnya.

Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal Hadist’. Begitu juga Ibnu

Katsir, ulama Tafsir termasyhur mengatakan dalam kitabnya, Al-Bidayah:

“Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang kitab sunan yang masyhur.

Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan pengetahuan dan pandangannya, serta kredibilitas dan loyalitasnya kepada Hadis dan usul serta

furu’.”

Ibnu Majah meninggal pada tanggal 22 Ramadhan 273 H/887 M, di tanah

kelahirannya, Qazwin, Irak.

b. Ulama Fiqih (Fuqaha)

Pada masa Daulah Abbasiyah perkembangan ilmu fiqih cukup baik, seiring

dengan munculnya ulama-ulama mujtahid yang berperan besar dalam menetapkan

hukum-hukum Islam. Hasil ijtihad itu kemudian dijadikan sebagai pedoman umat

Islam dalam menentukan hukum terhadap sebuah persoalan agama.

Diantara ulama fiqih yang populer saat itu dikenal dengan sebutan “Imam

Madzhab”. Ada empat orang ulama yang masuk kedalam kategori imam madzhab dan

disebut sebagai “Madzahibul ‘Arba’ah”.

Mari kita mengenal ulama-ulama fiqih berikut ini :

1. Imam Abu Hanifah (Ulama Ilmu Teologi Dialektik, Pendiri Madzhab Hanafi)

Nu’man bin Tsabit bin Zuta, dikenal sebagai Abu Ḥanifah, lahir di Kufah, Irak

pada 80 H/699 M dan wafat di Baghdad, Irak, 150 H/768 M, sebagai pendiri

Madzhab Hanafi.

Secara keseluruhan, Abu Hanifah hidup selama 70 tahun dalam hitungan

kalender Hijriyah. Dia hidup di masa transisi dua kekuatan besar dalam Dunia

Islam, yakni dari Dinasti Umayyah menuju Dinasti Abbasiyah. Abu Hanifah hidup

di masa pemerintahan Dinasti Umayyah, dan dia menyaksikan bagaimana dinasti ini

mengalami kemunduran dan akhirnya jatuh.

Ia juga hidup di era Abbasiyah, yakni di masa pemerintahan dua khalifah, Abu

al-Abbas Abdullah bin Muhammad as-Saffah (berkuasa 132-136 H / 750-754 M),

Khalifah Abbasiyah pertama; dan Abu Jafar Abdullah bin Muhammad Al Mansur

(berkuasa 136-158 H / 754-775 M), Khalifah Abbasiyah kedua.

Pada masa remajanya, telah menunjukkan

kecintaannya kepada ilmu. Disamping menuntut ilmu

fiqh, juga mendalami ilmu tafsir, hadits, bahasa arab

dan ilmu hikmah. Meski anak seorang saudagar kaya,

kehidupannya sangat sederhana. Abu Hanifah seorang

yang takwa dan soleh, seluruh waktunya lebih banyak

diisi dengan amal ibadah. Jika berdoa air matanya

bercucuran mengharapkan keridhaan Allah SWT.

Gambar ilustrasi 19 : Fiqih Akbar

 karya besar Imam Abu Hanifah

 Sumber : world of islam portal

Abu Hanifah merupakan seorang Tabi’in, generasi setelah sahabat Nabi, karena

pernah bertemu dengan sahabat Nabi, diantaranya bernama Anas bin Malik, dan

meriwayatkan Hadist darinya.

Selanjutnya, Imam Hanafi disebut sebagai tokoh yang pertama kali menyusun

kitab fiqh berdasarkan kelompok-kelompok mulai dari bab kesucian (taharah), salat

dan seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik

bin Anas, Imam Syafi’i, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan lainnya.

Madzab Hanafi dan fatwa-fatwanya disebarluaskan oleh murid-muridnya

sehingga tersebar luas dan dikenal sebagai salah satu madzab yang empat. Di antara

muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani, guru dari

Imam Syafi’i.

Karya-karya yang ditinggalkan oleh Imam Hanafi diantaranya Fiqh Akbar, Al

‘Alim Walmutam dan Musnad Fiqh Akbar. Dalam menetapkan hukum, Imam

Hanafi menggunakan metode berdasarkan Al Quran, Sunnah Rasul, Fatwa sahabat,

Istihsan, Ijma’ dan ‘Urf.


2. Imam Malik bin Anas (Mufti Madinah, Pendiri Madzhab Maliki)


Nama lengkapnya Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Al-

Haris bin Ghaiman bin Jutsail bin Amr bin Al-Haris Dzi Ashbah, dilahirkan di

Madinah al Munawwaroh pada tahun 93 H (93-179 H/712-795 M).

Imam Malik menerima Hadist dari 900 orang (guru), 300 dari golongan

Tabi’in dan 600 dari Tabi’ut tabi’in. Imam Malik belajar di Madinah dan menulis

kitab Al-Muwatta, yang disusun selama 40 tahun, dan telah ditunjukan kepada 70

ahli Fiqh di kota Madinah. Kitab Al Muwaththa’ berisi 100.000 hadits, yang

diriwayatkan oleh lebih dari seribu orang dan yang paling masyhur adalah riwayat

dari Yahya bin Yahyah Al-Laitsi Al-Andalusi Al-Mashmudi.

Karya-karyanya antara lain :

- Al-Muwattha berisi Hadist-hadist serta pendapat para sahabat dan ulama-

ulama Tabi’in yang membahas tentang ilmu dan hukum-hukum agama Islam. Kitab

ini ditulis atas anjuran Khalifah Al-Mansur.

- Al-Ushul As-Saghir

- Risalah fil ‘Aqdiyah

- Risalah fil Qadar

Imam Malik menyusun mazhabnya atas empat dasar rujukan: Kitab Suci,

Sunnah Rasul, Ijma’, dan Qias. Pada masanya Imam Malik paling berpengaruh di

seluruh Hijaz, dikenal dengan sebutan “Sayyid Fuqaha Al-Hijaz” (pemimpin ahli

fiqih di seluruh daerah Hijaz). Ia mempunyai banyak sahabat (murid), di antaranya

yang terkenal ialah Muhammad bin Idris bin Syafii, Al-Laisy bin Sa’ad, Abu Ishaq

Al-Farazi.

Pengikut mazhab Imam Malik yang terbanyak terdapat di Tunisia, Tripoli,

Magribi, dan Mesir. Imam Malik menderita sakit selama 22 hari, kemudian 10 hari

setelah itu ia wafat. Sebagian meriwayatkan Imam Malik wafat pada 14 Rabiul

awwal 179 H pada usia 87 tahun.

3. Imam Syafi’i (Pendiri Madzhab Syafi’i)

Umat Islam sangat beruntung memiliki ulama sekaligus perawi hadits yang

sangat disegani. Dialah Imam Syafi’i. Saat usia sembilan tahun, seluruh ayat Al-

Qur’an dihafalnya dengan lancar (bahkan ia sempat 16 kali khatam Al-Qur’an,

dalam perjalanannya antara Makkah dan Madinah). Setahun kemudian, isi kitab Al-

Muwatta karya Imam Malik yang berisi 1.720 hadits pilihan juga dihafalnya tanpa cacat. Kecerdasan membuat dirinya dalam usia 15 tahun telah duduk di kursi mufti

kota Makkah, sebuah jabatan prestisius untuk ukuran masa itu.

Gambar ilustrasi 20 : Imam Syafii. Sumber : IDN Times

Bernama lengkap Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman AS-Syafi’i bin

Ubaid bin Hisyam bin Abdul Muthallib bin Abdul Manaf bin Qusay, ia merupakan

keturunan Quraisy dari Bani Muththalib, nasabnya bertemu Rasulullah di Abdul

Manaf. Dilahirkan di Gaza, Palestina pada 150 H/767 M, hidup pada masa khalifah

Al-Rasyid, Al-Amin dan Al-Ma’mun dari Daulah Abbasiyah.

Ketika hampir berumur 20 tahun, pergi ke Madinah untuk berguru kepada

Imam Malik. Kemudian pergi ke Irak, bergaul dengan sahabat-sahabat Imam Abu

Hanifah. Selanjutnya ke Parsi dan beberapa negeri lain.

Imam Syafi’i diminta oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid supaya tinggal di

Baghdad dan menyiarkan agama. Pandangan dan pendapatnya diterima oleh segala

lapisan.

Imam Syafi’i bergaul baik dengan rakyat maupun dengan pemerintah, bertukar

pikiran dengan ulama-ulama terutama sahabat-sahabat Imam Abu Hanifah.

Pertemuan langsung Imam Syafi’i dengan Imam Ahmad bin Hanbal terjadi di

Mekah pada tahun 187 H dan di Baghdad tahun 195 H. Dari Imam Ahmad bin

Hanbal, Imam Syafi’i banyak belajar tentang ilmu fiqh, ushul madzhab, penjelasan

nasikh dan mansukhnya. Melalui pergaulannya inilah Imam Syafi’i dapat

menyusun pandangan-pandangannya, yang dikenal dengan ‘’qaul qadim” (pendapat

yang pertama).

Kemudian ia kembali ke Mekah hingga tahun 198 H. Pada tahun yang sama

pergi ke Mesir. Di Mesir inilah, Imam Syafi’i menyusun pendapatnya yang baru,

yang dikenal dengan istilah ‘’qaulul jadid’’. 

Imam Syafi’i seorang mujtahid mutlak, Ulama Fiqh, Ulama Hadist, dan

Ushul. Ia mampu memadukan Fiqh ahli Irak dan Fiqh ahli Hijaz. Dasar

madzhabnya ialah Al Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Diantara karya

monumentalnya adalah “Ar- Risalah” buku pertama tentang ushul fiqh dan kitab

“Al -Umm” yang berisi Madzhab Fiqhnya yang baru.

Wasiatnya yang penting, terutama bagi ulama yang mendukung dan mengikuti

mazhab Syafi’i, ialah “Apabila hadits itu sah, itulah mazhabku, dan buanglah

perkataanku yang timbul dari ijtihadku”.

Pengikut mazhab Syafi’i yang terbanyak adalah di Mesir, Kurdistan, Yaman,

Aden, Hadramaut, Mekah, Pakistan, dan Indonesia. Imam Syafi’i wafat di akhir

bulan Rajab pada tahun 204 H/820 M, dan dimakamkan di Mesir.

4. Imam Ahmad bin Hanbal

Nama lengkapnya, Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al-

Marwazi Al Baghdadi, lahir pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 164 H di Baghdad.

Pada usia 15 tahun hafal Al-Qur’an. Dia juga dikenal sebagai orang yang paling

indah tulisannya.

Imam Ahmad bin Hambal mempunyai hafalan yang kuat, hafal lebih dari satu

juta Hadist. Banyak pujian dari para ulama tetang keistimewaan hafalan Imam

Hambali, sebagaimana dikatakan Imam Asy-Syafi’i, bahwa “Ahmad bin Hambal

adalah imam dalam delapan hal: Imam dalam Hadist, Imam dalam Fiqih, Imam

dalam bahasa, Imam dalam Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam

kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam dalam Sunnah”.

Kezuhudannya pun sangat terkenal, seperti yang diceritakan oleh Al-Maimuni

bahwa rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil. Ia memakai peci

yang dijahit sendiri dan kadang ke tempat membawa kampak untuk bekerja dengan

tangannya. Begitu juga sifat tawadhu'nya. Yahya bin Ma’in berkata, “Saya tidak

pernah melihat orang yang seperti Imam Ahmad bin Hambal, saya berteman

dengannya selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia

membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada kami”.

Guru-guru Imam Ahmad bin Hambal jumlahnya lebih dari 280 ulama yang

berasal dari berbagai tempat seperti Mekkah Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan

lainnya. Guru-guru tersebut diantaranya Ismail bin Ja’far, Abbad bin Abbad Al Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar

As-Sulami, Imam Syafi’i, Waki’ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin

‘Uyainah, Abdurrazaq, Ibrahim bin Ma’qil. Adapun para muridnya diantaranya

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Nasa’i, Imam Tirmidzi,

Ibnu Majah, Imam Asy-Syafi’i, Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal, Abdullah bin

Imam Ahmad bin Hambal, Hambal bin Ishaq dan lainnya.

Kitab-kitab karyanya sangat banyak, diantaranya: Kitab Al -Musnad yang berisi

lebih dari dua puluh tujuh ribu Hadist, Az-Zuhud, Fadhail Ahlil Bait, Jawabatul

Qur’an, Al -Imaan, Ar-Radd ‘alal Jahmiyyah, Al-Asyribah dan Al-Faraidh.

Imam Hambali meninggal pada umur 77 tahun hari Jum’at, 12 Rabi’ul Awwal

tahun 241 H. Dalam proses penguburannya dihadiri oleh 800.000 orang pelayat

lelaki dan 60.000 orang pelayat perempuan.

c. Ulama Tafsir (Mufassir)

Pada masa Daulah Abbasiyah, ilmu tafsir mengalami perkembangan sangat pesat,

di masa Daulah Abbasiyah bermunculan karya-karya di bidang tafsir yang dapat

dipelajari untuk generasi berikutnya. Pada masa itu metode tafsir mengacu pada dua

cara :

 Cara tradisional atau Tafsir bil Ma’sur yaitu cara menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an

dengan fatwa para sahabat Nabi Saw.

 Cara Rasional atau Tafsir bir Ra’yi yaitu penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dengan

rasio atau akal.

1. Imam Ibnu Jarir At-Thabari

Nama lengkapnya Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin

Ghalib Al-Amali At-Tabari, lebih dikenal sebagai Ibnu Jarir atau At-Tabari. Lahir di

daerah Amol, Tabaristan (sebelah selatan Laut Kaspia) pada tahun 838 M. Hidup

dan tumbuh di lingkungan keluarga berada dan perhatian penuh terhadap

pendidikan, terutama bidang keagamaan.

Pada masanya, perkembangan kebudayaan Islam di bidang ilmu pengetahuan

sedang mengalami kejayaan dan kemajuannya. Kondisi ini semakin

mengembangkan kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan. Kegiatan menghafal

Al-Qur’an dimulainya sejak usia 7 tahun, dan melakukan pencatatan hadis dimulai

sejak usia 9 tahun. Semangatnya luar biasa dalam menuntut ilmu sekaligus juga semangat untuk melakukan ibadah. Pada usia 8 tahun, memperoleh kepercayaan 

menjadi imam salat.

Ia melakukan perjalanan keilmuan ke kota Ray, Baghdad, Suriah dan juga di 

Mesir. Ke Rayy berguru kepada al-Razi, di bidang Hadist kepada Al-Musanna bin 

Ibrahim al-Ibili. Ke Baghdad ingin berguru kepada Ahmad bin Hanbal, sayang 

sesampainya disana ternyata telah wafat. Kemudian menuju dua kota besar di 

selatan Baghdad, yakni Basrah dan Kufah. 

Di Basrah berguru kepada Muhammad bin’Abd Al-A’la Al-San’ani (w. 245 H/ 

859 M), Muhammad bin Musa Al-Harasi (w. 248 H/ 862 M) dan Abu Al-‘As’as 

Ahmad bin Al-Miqdam (w. 253 H/ 857 M), dan Abu Al-Jawza’ Ahmad bin ‘Usman 

(w. 246 H/ 860 M). Khusus di bidang tafsir ia berguru kepada seorang Basrah 

Humayd bin Mas’adah dan Bisr bin Mu’az Al-‘Aqadi (w.akhir 245 H/ 859-860 M), 

meski sebelumnya pernah banyak menyerap pengetahuan tafsir dari seorang Kufah 

Hannad bin Al-Sari (w. 243 H/ 857 M).

Setelah beberapa waktu di dua kota tersebut, kemudian kembali ke Baghdad 

dan menetap untuk waktu yang lama. Ia memusatkan perhatian pada qira’ah (cara 

baca) dan fiqh dengan bimbingan guru, seperti Ahmad bin Yusuf Al-Sa’labi, Al-

Hasan Ibnu Muhammad Al-Sabbah Al-Za’farani dan Abi Sa’id al-Astakhari. 

Kemudian, melakukan perjalanan keilmuan lagi ke berbagai kota untuk mendalami 

gramatika, sastra dan qira’ah. Hamzah dan Warasy termasuk orang-orang yang 

memberikan kontribusi ilmunya kepada At-Tabari. Keduanya tidak saja dikenal di 

Baghdad, tetapi juga di Mesir, Syam, Fustat, dan Beirut. Dorongan kuat untuk 

menulis kitab tafsir diberikan oleh salah seorang gurunya Sufyan Ibnu ‘Uyainah dan 

Waqi’ Ibnu Al-Jarrah, Syu’bah bin Al- Hajjaj, Yazid bin Harun dan ‘Abd Ibnu 

Hamid.

At-Tabari banyak menulis kitab berkaitan dengan berbagai bidang ilmu, seperti 

ilmu Tafsir, Ilmu Sejarah, Hadist, hukum, teolgi, etika, dan lain-lain. Di antara 

karyanya yang terkenal adalah Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk (Sejarah Para Rasul 

dan Raja), atau lebih dikenal sebagai Tarikh at-Tabari. Kitab ini berisi sejarah dunia 

hingga tahun 915, dan terkenal karena keakuratannya dalam menuliskan berbaga 

peristiwa dalam sejarah Arab dan Muslim.     Karya lainnya yang juga terkenal berupa tafsir Quran bernama Tafsir Al-

Tabari, yang sering digunakan sebagai sumber oleh pemikir muslim lainnya, seperti 

Baghawi, As-Suyuthi dan juga Ibnu Katsir.

At-Tabari wafat pada hari Senin, 27 Syawal 310 H bertepatan dengan 17 

Pebruari 923 M dalam usia 85 tahun.

2. Imam Ibnu Katsir

Nama lengkapnya, Imaduddin Isma’il bin Umar bin Katsir Al-Qurasyi Al-

Bushrawi, dilahirkan di Mijdal, sebuah tempat di kota Bashrah pada tahun 701 

H/1302 M). Ayahnya, seorang khatib dan meninggal ketika Ibnu Katsir baru 

berusia empat tahun. Selanjuntnya, diasuh dan dididik oleh kakaknya, Syaikh Abdul 

Wahhab. Pada usia lima tahun diajak pindah ke Damsyik, negeri Syam pada tahun 

706 H. Beberapa karyanya yang terkenal adalah:

1. Tafsir al-Qur-an, kitab tafsir dengan riwayat, telah diterbitkan berulang kali 

dan telah diringkas oleh banyak ulama.

2. Al-Bidaayah wan Nihayah, terdiri dari 14 jilid, berisi kisah-kisah para Nabi 

dan umat-umat terdahulu, sirah Nabawiyah, sejarah Islam. 

3. At-Takmiil fi Ma’rifatis Siqat wa Dhu’afa wal Majaahil. Di dalamnya 

terangkum dua kitab dari tulisan guru beliau, yaitu al-Mi zzi dan adz-

Dzahabi(Tahdzibul Kamal fi Asma Rijal) dan (Liizan I’tidal fii Naqdir 

Rijal) dengan disertai beberapa tambahan yang bermanfaat dalam masalah al-

jarh wat ta’dil.

4. Jami’ al-Masanid, berisi Musnad Imam bin Hanbal, A|-Bazzar, Abu Ya’la 

Al-Mushili, Ibnu Abi Syaibah, beserta Kutubus Sittah. Disusun berdasarkan 

bab-bab fiqih.

5. Thabaqaat asy-Syafi’iyyah, berisi biografi Imam Asy-Syafi’i. 

6. Sirah Nabawiah, berisi sejarah Nabi Muhammad saw. Dan lain-lain.

Menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqalani, Ibnu Katsir hilang penglihatan di 

akhir hayatnya dan wafat di Damaskus, Syam pada tahun 77 4 H/ 1373 M.                                    

Read More

Ilmuwan Muslim Masa Daulah Abbasiyah

 

 Ilmuwan Muslim Masa Daulah Abbasiyah


Semangat para ilmuan muslim untuk mewujudkan ide-ide cemerlang melalui

penemuan, karya-karya ilmiah tergambar dari berkembangnya ilmu pengetahuan pada

masa itu. Kondisi, situasi, dan dukungan penguasa membuat iklim, tradisi dan budaya

ilmiah melaju begitu cepat.

Kegiatan penerjemahan manuskrip-manuskrip kuno, buku-buku, literatur tentang

ilmu pengetahuan yang pada awalnya berbahasa Yunani dan Romawi diterjemahkan

kedalam bahasa Arab.


a. Ilmuan Bidang Kedokteran

Minat orang Arab terhadap ilmu kedokteran diilhami oleh hadits Nabi

Muhammad Saw yang membagi pengetahuan ke dalam dua kelompok : teologi dan

kedokteran. Para penulis utama bidang kedokteran itu adalah orang Persia yang

menulis dalam bahasa Arab: Ali At-Thabari, Al-Razi, dan Ibnu Sina. Gambar dua

orang di antara mereka, Ar-Razi dan Ibnu Sina, menghiasi ruang besar Fakultas

Kedokteran di Universitas Prancis.

 Ali Ibnu Rabban At-Thabari (Dokter Masyhur Abad Klasik)

Ali bin Sahl Rabban At-Thabar lahir tahun 838 M. Pada awalnya seorang

yang beragama Kristen dari Tabaristan, ia masuk Islam dan menjadi dokter

pribadi khalifah Al-Mutawakkil. Ayahnya adalah seorang dokter dan penulis

kaligrafi yang hebat, dan dari ayahnya Ali At-Thabari pertama kali belajar ilmu

kedokteran. Ali At-Thabari wafat tahun 870 M.

Ali At-Thabari tidak hanya ahli dalam bidang ilmu kedokteran, ia juga ahli

astronomi, filsafat, matematika, dan sastra. Ali At-Thabari mahir berbahasa

Arab dan Yunani, beliau juga terkenal sebagai tokoh ilmuan pertama yang

menulis ensiklopedia kesehatan (Firdaus Al-Hikmah). Salah seorang muridnya

yang terkenal adalah Zakaria Ar-Razi.

Karya-karya Ali At-Thabari di antaranya :

- Firdaus Al-Hikmah : merupakan ensiklopedia

kesehatan yang memuat di dalamnya tentang

obat-obatan dan cabang ilmu kesehatan. Buku

ini ditulis pada tahun 850 M dan terdiri dari

tujuh jilid.

- Din Ad-Daulah : sebuah kitab membahas

tentang agama dan negara.

- Hifzussihhah : sebuah buku yang menjelaskan cara menjaga kesehatan, dan

masih banyak yang lainnya.


 Ar-Razi (Penemu Penyakit Cacar Air dan Darah Tinggi)

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakariyya Ar-Razi.

Dilahirkan di kota Rayy, Thehran, ibukota Iran. Di Baghdad, dikenal sebagai

kepala dokter di rumah sakit besar yang ia dirikan sendiri.

Ar-Razi juga merupakan penulis paling produktif, semasa hidupnya ia

menulis tidak kurang dari 200 karya ilmiah. Diantaranya adalah :

o Al-Hawi (buku yang komprehensif) : buku ini dianggap sebagai karya utama

Ar-Razi dalam bidang kedokteran, yang pertama kali diterjemahkan ke

bahasa Latin oleh seorang dokter Yahudi Sisilia, Faraj bin Salim pada 1279

M.

o Al-Judari wal Hasbah : buku ini membahasa tentang penyakit cacar air,

campa, dan bisul serta dipandang sebagai mahkota dalam literatur ilmu

kedokteran. Buku ini pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di

Vanesia pada tahun 1565 M.

Karya-karya besar Ar-Razi menjadi rujukan utama bagi pengembangan

ilmu kedokteran di masa-masa mendatang. Buku-buku karya Ar-Razi banyak

dijumpai di perpustakaan universitas di Eropa, dan digunakan sebagai buku

rujukan untuk dunia kedokteran di Barat.

Masih banyak lagi karya-karya besar Ar-Razi yang sangat berarti bagi

perkembangan ilmu kedokteran, di antaranya adalah :

- Small-pox (penyakit cacar). Ia merupakan sarjana Islam pertama yang

meneliti penyakit ini. Ia lah yang membagi penyakit ini menjadi dua bagian;

cacar air (variola) dan cacar merah (vougella). Penemuan ini melambungkan

namanya dalam dunia kedokteran.

- Air Raksa (Hg). Salah satu penemuan Ar-Razi yang sangat berguna dalam

dunia medis.

- Diagnosa Hypertensi. Ar-Razi adalah seorang dokter yang pertama kali

melakukan diagnosis terhadap hypertensi (darah tinggi). Metode

pengobatannya tergolong khas, yaitu dengan pemanasan syaraf. Ia juga

melakukan pengobatan mirip cara akupuntur yang sudah amat populer saat

ini.


 Ibnu Sina (di Barat dikenal dengan nama Aveciena).

Nama lengkapnya Abu

Ali Al-Husayn bin

Abdullah bin Ali bin Sina.

Orang Arab memberinya

gelar Syaikhurrais

(pemimpin orang

terpelajar). Lahir pada

tahun 980 M, dan wafat tahun 1037 M. dianugrahi dengan kemampuan luar

biasa untuk menyerap dan memelihara pengetahuan, sarjana Islam dari Persia

ini membaca buku-buku di perpustakaan besar milik raja dan pada usia 21

tahun mulai menulis buku.

Sebagai dokter, Ibnu Sina lebih suka tindakan preventif daripada kuratif

dan selalu menguatkan aspek rohani dan jasmani pasien dalam pengobatannya.

Dalam pandangannya, makanan, minuman, temperatur, polusi udara, limbah,

keseimbangan pikiran dan gerak tubuh mempunyai pengaruh terhadap

kesehatan manusia. Semua yang dikatakan Ibnu Sina terbukti dan menjadi

masalah utama atas kesehatan manusia saat ini.

Karya-karya Ibnu Sina dalam bidang ilmu kedokteran antara lain :

- Al-Qanun Fi Thibb : yang artinya “dasar-dasar ilmu kedokteran”. Buku ini

berabad-abad telah menjadi buku yang menguasai dunia pengobatan di Eropa

dan menjadi buku sumber kedokteran di Prancis. Di dalam buku ini

menjelaskan tentang pembengkakan pada paru-paru dan mengenali potensi

penularan wabah penyakit saluran pernafasan, asma dan TBC melalui

pernafasan dan penyebaran berbagai penyakit melalui udara dan air. Obat-

obatan yang disebut dalam buku ini tidak kurang dari 760 macam obat untuk

beragam penyakit.

- As-Syifa : berisi tentang cara pengobatan, termasuk tentang pengobatan

penyakit syaraf.


Bingkai Khazanah :

- Karya-karya dokter muslim selama berabad-abad telah memberi pengaruh

besar terhadap pemikiran dokter-dokter Eropa, sudah saatnya generasi Islam

mengambil peran penting terhadap karya-karya dokter muslim.


b. Ilmuan Filsafat Islam

Filsafat (falsafah) merupakan pengetahuan tentang kebenaran yang dipahami

oleh akal manusia. Mari kita mengenal tokoh-tokoh ilmuan filsafat Islam berikut

ini :

 Al-Kindi (Filusuf muslim pertama)

Al-Kindi atau yang bernama lengkap Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin

Sabah Al-Kindi, seorang putra Gubernur yang lahir di Kuffah sekitar tahun

801 M lalu menetap dan meninggal di Baghdad, Irak pada tahun 873 M. Di

barat ia dikenal dengan nama Al-Kindus. Ia hidup pada masa pemerintahan

khalifah Al-Amin, Al-Ma’mun, Al-Mu’tashim, Al-Watsiq, dan Al-

Mutawakkil. Karena merupakan keturunan asli Arab, maka ia memperoleh

gelar “Filusuf Arab”, dan ia memang merupakan representasi pertama dan

terakhir dari seorang murid Aristoteles (Filusuf Yunani) di dunia timur yang

murni keturunan Arab.

Al-Kindi lebih dari seorang filusuf, ia ahli perbintangan, kimia, ahli mata,

dan musik. Tidak kurang dari 361 buah karya ilmiah ditulisnya. Namun

sayangnya kebanyakan dari karya-karnya itu tidak bisa ditemukan. Diantara

karya filsafatnya adalah “Risalah fi Madkhal al-Mantiq bil Istifa al-Qaul Fih”

sebuah pengantar lengkap logika.

Lewat karyanya Al-Kindi berusaha menjelaskan hubungan agama dengan

filsafat, ia mengatakan antara filsafat dengan agama tidak ada pertentangan

dan tidak perlu dipertentangkan, karena keduanya sama-sama mencari

kebenaran. Titik temu pada kebenaran inilah yang kemudian menyebabkan

banyak ilmuan muslim dan lainnya mengkaji pemikiran filsafat Yunani-

Romawi sehingga filsafat menjadi salah satu hasi dan bentuk pemikiran

ilmuan muslim yang cemerlang.

 Al-Ghazali (Hujjatul Islam)

Imam Ghazali memiliki nama lengkap

Abu Hamid bin Muhammad bin

Muhammad Al-Ghazali At-Tusi, bergelar

Hujjatul Islam yang artinya orang yang

memiliki kewenangan/otoritas atas Islam.

Di lahirkan di Thusi, Khurasan pada tahun 1059 M dan wafat tahun 1111 M. Guru Imam Ghazali

adalah Al-Imam Haramain Al-Juwaini, seorang ulama besar dan mengajar di

Madrasah An-Nidzamiyah, Baghdad, Iraq.

Imam Ghazali memiliki karakter tekun, rajin, teliti, dan cerdas sehingga

banyak disiplin ilmu yang dikuasainya. Di antaranya seperti, ilmu kalam,

fiqih, teologi, filsafat, kimia, matematika dan lain sebagainya.

Imam Ghazali berhasil menulis sekitar dua ratus kitab. Di antara karyanya

yang masyhur adalah :

- Tahafutut Falasifah (kerancuan filsafat) : sebuah kitab yang membahas

tentang filsafat Islam

- Ihya ‘Ulumiddin : kitab tasawuf yang membahas tentang kaidah dan prinsip

dalam menyucikan jiwa yang membahas tentang penyakit hati, pengobatannya

dan mendidik hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari Imam

Ghazali.

 Ibnu Maskawaih

Memiliki nama lengkap Abu Ali Ahmad ibnu Muhammad ibnu

Maskawaih. Lahir di Iran pada tahun 932 M dan wafat tahun 1030 M. Ibnu

Maskawaih merupakan sosok ilmuan muslim bidang ilmu filsafat akhlaq.

Menurutnya, akhlaq adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran

terlebih dahulu.

Selama hidupnya Ibnu Maskawaih banyak

menghasilkan karya tulis yang sangat luar biasa dan

mempengaruhi perkembangan ilmu filsafat di

kemudian hari. Di antara karya-karnya adalah :

Tahzibul Akhlaq Wa Tathirul ‘A’raq : menjelaskan

tantang cara untuk meraih akhlaq yang stabil dan

prilaku yang lurus.

Tartib as Sa’adah : menjelaskan tentang politik dan akhlaq

Jawidan Khirad : kumpulan syair-syair mutiara dan bijak.

c. Ilmuan Kimia

Setelah ilmu kedokteran, filsafat, astronomi, dan matematika, ilmuan muslim

dalam bidang kimia memberikan peran besarnya terhadap pradaban Islam masa

Daulah Abbasiyah. Adalah Jabir bin Hayyan, dikenal sebagai Bapak kimia muslim

pertama. Dunia barat menyebutnya dengan Geber.

Jabir bin Hayyan bin Abdullah Kufi,

dilahirkan di desa Thus-Khurasan kemudian

menetap di Kuffah sekitar tahun 776 M. Ia

merupakan tokoh besar dalam bidang ilmu

kimia pada abad pertengahan. Dalam

beberapa riwayat Jabir bin Hayyan pernah

 Gambar ilustrasi 18. Jabir bin Hayyan.

 Sumber : moslemobsession.com

menimba ilmu kepada putera mahkota Daulah Umayyah Khalid bin Yazid bin

Muawwiyah dan Imam Ja’far As-Shadiq.

Penguasaannya terhadap ilmu kimia membawanya menjadi seorang ahli kimia

yang termasyhur di zamannya. Pendapatnya yang terkenal dalam presfektif

keilmiahannya adalah bahwa logam biasa seperti seng, besi, dan tembaga dapat

diubah menjadi emas, atau perak dengan formula misterius, yang untuk

mengetahuinya ia telah banyak menghabiskan waktu. Jabir bin Hayyan juga

menggambarkan secara ilmiah dua operasi utama kimia: kalnikasi dan reduksi

kimiawi. Ia memperbaiki beberapa motode penguapan, sublimasi, peleburan, dan

kristalisasi.

Buku-buku yang menggambarkan kecerdasan dan penguasaanya terhadap

ilmu kimia seperti :

- Ar-Rahmah : buku cinta

- Al-Tajmi : buku tentang konsentrasi

- Al-Zibaq Al-Sayrqi : Air Raksa Timur

d. Ilmuan Astronomi 

Di lahirkan di Khawarizm, Uzbekistan pada tahun 780 M dengan nama

lengkap Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi yang kemudian lebih dikenal

dengan Al-Khawarizmi. Ia hidup masa pemerintahan khalifah Abdullah Al-

Ma’mun, sosok khalifah Daulah Abbasiyah yang mencintai dan mencurahkan

perhatiannya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan.

Al-Khawarizmi adalah tokoh utama dalam

kajian matematika Arab dan observer bidang

astronomi. Sebagai seorang pemikir Islam

terbesar, ia telah mempengaruhi pemikiran dalam

bidang matematika melampaui pemikiran ilmuan

Abad Pertengahan lainnya.

Peran Al-Khawarizmi terhadap

pengembangan ilmu astronomi dan matematika

sangatlah besar. Ia telah menyusun tabel

astronomi tertua, ia juga menulis karya tertua tentang aritmatika dan tentang

aljabar. Karya aljabarnya itu disebut Al-Mukhtasar Fil Hisab Al-Jabar wal

Muqabalah. Kitab ini memuat tentang :

- Cara menghitung melalui penjajagan dan jawaban palsu (rules of false

position/regular-fast).

- Pengetahuan matematika yang kemudian disebut barisan Fibonacci, yaitu : 1, 2,

3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144...dan seterusnya. Dengan pola bilangan ini

nantinya akan diperoleh suatu segitiga pascal, dengan penjumlahan bilangan

menurut garis lurus.

Read More

DAULAH MAMLUK PELANJUT KEMAJUAN KEBUDAYAAN ISLAM

 DAULAH MAMLUK

PELANJUT KEMAJUAN KEBUDAYAAN ISLAM




A. Proses Berdirinya Daulah Mamluk

Daulah Mamluk, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, merupakan daulah para

budak, yang berasal dari beragam kelompok suku non-daulah membentuk sebuah

pemerintahan, menggantikan Daulah Ayyubiyah yang telah berkuasa selama 79 tahun di

Mesir (1171-1250 M). Para penguasa ini menegaskan kekuasaan mereka atas wilayah

Suriah-Mesir yang dikuasai oleh tentara salib.

Daulah Mamluk mampu bertahan dari serangan pasukan Mongol pimpinan Hulagu

Khan dan Timurlenk. Seandainya mereka gagal bertahan, tentu seluruh tatanan sejarah

dan kebudayaan di Asia Barat dan Mesir akan berubah drastis. Berkat kegigihan mereka,

penduduk Mesir bisa tetap menyaksikan kesinambungan budayadan institusi politik



a. Kelahiran Daulah Mamluk

Daulah Mamluk berkuasa di Mesir pada tahun 1250-1517 M. Meskipun Daulah

Mamluk terdiri atas berbagai ras yang berbeda-beda, mereka mampu

mengapresiasi dengan baik pembangunan arsitektur dan kesenian, sehingga dalam

kedua bidang itu, Mesir boleh dibandingkan dengan daulah-daulah yang lain.

Bahkan Kairo hingga saat ini masih menjadi tempat yang indah bagi dunia

peradaban Islam. Daulah Mamluk berfaham Islam Sunni, serupa dengan

pendahulunya Daulah Ayyubiyah.

Pondasi kekuasaan Daulah Mamluk diletakkan oleh penguasa pertamanya

Sultanah Shajarah Ad-Durr, ia menerbitkan keping mata uang yang menyandang

namanya dan pernah memerintahkan agar namanya disebut-sebut dalam khutbah

Jum’at. Selama delapan puluh hari Sultanah Shajarah Ad-Durr berkuasa di Mesir.

Daulah Mamluk terbagi menjadi dua; Mamluk Bahri dan Mamluk Burji:

1. Mamluk Bahri (1250-1390 M)

Penguasa Mamluk Bahri pertama adalah Sultan Izzudin Aybak yang

berkuasa tahun 1250-1257 M. Awalnya ia adalah panglima utama Daulah

Mamulk (Atabeg al-Askar). Mamluk Bahri pada awalnya adalah adalah

pengawal-pengawal yang dibeli oleh khalifah Al-Shalih Al-Ayyub dari Daulah

Ayyubiyah dan menjadi sultan di kemudian hari.

2. Mamluk Burji (1382-1517 M)

Pendiri sekaligus sultan Mamluk Burji (bahasa Arab: burj) pertama adalah

Sultan Qallawun (1279-1290 M). Mamluk Burji tidak mengenal konsep

kekuasan yang diwariskan, dan tidak menerapkan kebijakan nepotisme. Tahta

kekuasaan menjadi milik siapa yang mampu meraihnya.

b. Sultan Daulah Mamluk

Keseluruhan penguasa Daulah Mamluk berjumah 47 orang, 24 berasal dari

Mamluk Bahri, tidak termasuk Shajarah Ad-Durr, dan 23 orang dari Mamluk Burji.

Rata-rata masa pemerintahan seluruh penguasa Daulah Mamluk tidak lebih dari

enam tahun.

c. Pemimpin Terkenal Daulah Mamluk

 Sultan Al-Zahir Ruknuddin Baybar Al-Bunduqdari

Sultan Mamluk yang paling terkenal adalah Sultan Az-Zahir Ruknuddin

Baybar Al-Bunduqdari (1260-1277 M). pada awalnya ia adalah seorang budak

dari Turki, nama Al-Bunduqdari diperoleh dari tuan pemiliknya di Hamah

sebelum dibeli oleh Sultan Al-Shalih Al-Ayyub. Baybar Al-Bunduqdari

diangkat menjadi pemimpin pasukan pengawal oleh Sultan Al-Shalih Al-Ayyub,

bahkan karir militernya berjalan mulus hingga ia berhasil menjabat sebagai

komondo militer tertinggi di wilayah itu.

Sultan Al-Zahir Ruknuddin Baybar Al-Bunduqdari menjadi Sultan Daulah

Mamluk yang agung, penguasa dan pendiri sejati kekuasaan Daulah Mamluk.

Kemenangan pertamanya ia peroleh dalam peperangan melawan tentara Mongol

di medan perang Ain Jalut; tetapi puncak ketenarannya didapatkan berkat

perjuangannya yang tanpa henti melawan tentara salib.

 Keperwiraan Sultan Az-Zahir Ruknuddin Baybar Al-Bunduqdari

Kapasitas Sultan Baybar Al-Bunduqdari lebih dari sekedar pemimpin militer.

Ia tidak hanya berhasil mengorganisasi angkatan perangnya, membangun

kembali angkatan laut, dan memperkuat benteng Suriah, tetapi ia juga menggali

sejumlah kanal, memperbaiki pelabuhan, serta menghubungkan Kairo dan

Damaskus dengan layanan burung Pos, yang hanya membutuhkan waktu empat

hari. Terminal-terminal kuda didirikan di setiap pos pemberhentian yang siap

mengangkutnya kapan pun.

Daulah Mamluk juga memiliki pelayanan merpati Pos. Berkat mereka, Mesir

memiliki daftar burung berkualitas baik untuk memenuhi pelayanan itu, yang

asalnya dikembangkan pada periode Fathimiyah. Kualitas-kulitas burung itu

didata dalam sebuah daftar khusus.

Sultan Baybar Al-Bunduqdari juga membangun banyak fasilitas umum,

mempercantik Masjid, menetapkan pajak untuk negara, zakat, dan sedekah. Di

antara beberapa monumen arsitekturnya, seperti masjid agung di Kairo dan di

Damaskus yang dibangun pada tahun 1269 M, serta sekolah yang menyandang

namanya masih bertahan hingga kini.


B. Kemajuan Peradaban Islam Masa Daulah Mamluk

a. Bidang Ekonomi

Dalam bidang ekonomi, daulah Mamluk membuka hubungan dagang dengan

Perancis dan Itali melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh daulah

Fatimiyyah di Mesir sebelumnya.

Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan dalam bidang

ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan pengangkutan dan komunikasi

antara kota, baik laut mahupun darat. Keteguhan angkatan laut daulah Mamluk sangat

membantu pengembangan ekonominya.

b. Seni Bangunan

Daulah Mamluk juga banyak mengalami kemajuan di bidang seni bangunan.

Banyak arsitek dibawa ke Mesir untuk membangunkan sekolah-sekolah dan masjid-

masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini di

antaranya adalah, rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah, dan menara

masjid.

c. Ilmu Pengetahuan

Di dalam ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuan-ilmuan asal

Baghdad dari serangan tentera Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu banyak

berkembang di Mesir, seperti ilmu sejarah, kedokteran,

astronomi, matematik, dan ilmu agama.

Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn

Taghribardi, dan Ibn Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir Al-Din Al-

tusi. Di bidang kedokteran pula, Abu Hasan `Ali Al-Nafis. Sedangkan, dalam bidang

ilmu keagamaan, tersohor nama Ibn Taimiyah, Al-Sayuthi, dan Ibn Hajar Al-

`Asqalani.

d. Budaya Politik dan Militer

Daulah Mamluk membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Pemerintahan

dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qallawun 

(1280-1290 M) menerapkan pergantian sultan secara turun temurun.

Anak Qallawun berkuasa hanya empat tahun, karena kekuasaannya direbut

oleh Kitbugha (1295- 1297 M). Sistem pemerintahan oligarki ini banyak

mendatangkan kemajuan di Mesir. Kedudukan amir menjadi sangat penting. Para

amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka merupakan kandidat sultan.

Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam bebagai bidang, seperti konsolidasi

pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan.

Daulah Mamluk juga memilik pengaruh besar dalam bidang militer. Para tentara

yang dididik haruslah dengan tujuan untuk menjadi pasukan pendukung

kebijaksanaan pemimpin. Sultan akan diangkat di antara pemimpin tentara yang

terbaik, yang paling berprestasi, dan mempunyai kemampuan untuk menghimpun

kekuatan. Walaupun mereka adalah pendatang di wilayah Mesir, mereka berhasil

menciptakan ikatan yang kuat berdasarkan daerah asal mereka.

Daulah Mamluk juga menghasilkan buku ilmu kemiliteran. Minat para penulis

semakin terpacu dengan keinginan mereka untuk mempersembahkan sebuah karya

kepada kepada para sultan yang menjadi penguasa saat itu.

e. Sistem Pemerintahan

Bentuk pemerintahan oligarki adalah suatu bentuk pemerintahan yang

menerapkan kepemimpinan berdasarkan kekuatan dan pengaruh, bukan melalui garis

keturunan. Sistem pemerintahan oligarki ini merupakan kreatifitas tokoh-tokoh

militer daulah Mamluk yang belum pernah berlaku sebelumnya dalam perkembangan

politik di pemerintahan Islam. Jika dibandingkan dengan sistim pemerintahan yang

dijalankan sebelumnya, yaitu Sistem Monarki dan Sistem Aristokrasi atau

pemerintahan para bangsawan, maka sistem pemerintahan Oligarki dapat dikatakan

lebih demokratis.

Sistem Oligarki lebih mementingkan kecakapan, kecerdasan, dan keahlian dalam

peperangan. Sultan yang lemah bisa saja disingkirkan atau diturunkan dari kursi

jabatannya oleh seorang tentara yang lebih kuat dan memiliki pengaruh besar di

tengah-tengah masyarakat. Kelebihan lain dari sistim oligarki ini adalah tidak adanya

istilah senioritas yang berhak atas juniornya untuk menduduki jabatan sultan,

melainkan lebih berdasarkan keahlian dan kepiawaian seorang tentara tersebut.

f. Runtuhnya Daulah Mamluk

Kemajuan-kemajuan daulah Mamluk ini tercapai berkat kepribadian dan wibawa

Sultan yang tinggi, menciptakan militer yang kuat dan menjaga kesetabilan negara

yang aman dari gangguan. Akan tetapi, ketika faktor-faktor tersebut menghilang,

daulah Mamluk sedikit demi sedikit mengalami kemunduran.

Read More

Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah

 Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah



1. As-Suhrawardi al-Maqtul (Ilmuan Teosofis)

Nama lengkapnya Abu Al-Futuh Yahya bin Habash bin Amirak Shihab al-Din

as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/ 1153 M di Suhraward, sebuah

kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan. Ia memiliki banyak gelar

diantaranya, Shaikh al-Ishraq, Master of Illuminationist, al-Hakim, ash-Shahid, the

Martyr, dan al-Maqtul.

Suhrawardi melakukan banyak perjalanan untuk menuntut ilmu. Ia pergi ke

Maragha, di kawasan Azerbaijan. Di kota ini, Suhrawardi belajar filsafat, hukum dan

teologi kepada Majd Al-Din Al-Jili. Juga memperdalam filsafat kepada Fakhr al-

Din al-Mardini. Selanjutnya ke Isfahan, Iran Tengah dan belajar logika kepada Zahir

Al-Din Al-Qari. Juga mempelajari logika dari buku al-Basa’ir al-Nasiriyyah karya

Umar ibn Sahlan Al-Sawi. Dari Isfahan dilanjutkan ke Anatolia Tenggara dan

diterima dengan baik oleh pangeran Bani Saljuq. Setelah itu pengembaraan

Suhrawardi berlanjut ke Persia, pusat lahirnya tokoh-tokoh sufi. Di sini Suhrawardi

tertarik seorang sufi sekaligus filosof.

 Ajaran Tarekat Suhrawardi

Dalam kitab Awarif al-Ma’arif dibahas tentang latihan rohani praktis, terdiri

dari:

a. Ma’rifah, yaitu mengenal Allah melalui

sifat-sifat Allah, bahwa Allah saja-lah

Wujud Hakiki dan Pelaku Mutlak.

b. Faqr, yaitu tidak memiliki harta;

seorang penempuh jalan hakikat tidak

akan sampai ke tujuan, kecuali jila

sudah melewati tahap ke-zuhud-an.

c. Tawakkal, yaitu mempercayakan segala

urusan kepada Pelaku Mutlak (Allah).

d. Mahabbah, artinya Cinta kepada Allah.

e. Fana’ dan Baqa’; Fana’ artinya akhir

dari perjalanan menuju Allah, sementara Baqa’ artinya awal dari perjalanan

dalam Allah.

As-Suhrawardi mendapatkan gelar “Al-Maqtul” yang artinya terbunuh, karena

mendapatkan fitnah dari sebagian orang yang menuduhnya telah mengajarkan aqidah

yang sesat dan akhirnya dihukum mati oleh pengeran Az-Zahir, putra Sultan

Salahuddin Al-Ayyubi atas desakan dari beberapa pihak.

 Pemikiran Teosofis Suhrawardi

Pemikiran teosofi Suhrawardi disebut konsep cahaya (iluminasi, ishraqiyyah)

yang lahir sebagai perpaduan antara rasio dan intuisi. Istilah ishraqi sendiri

sebagai simbol geografis mengandung makna timur sebagai dunia cahaya. Proses

iluminasi cahaya-cahaya Suhrawardi dapat diilustrasikan sebagai berikut: dimulai

dari Nur al-Anwar yang merupakan sumber dari segala cahaya yang ada. Ia Maha

Sempurna, Mandiri, Esa, sehingga tidak ada satupun yang menyerupai-Nya. Ia

adalah Allah. Nur Al-Anwar ini hanya memancarkan sebuah cahaya yang disebut

Nur Al-Aqrab. Selain Nur Al-Aqrab tidak ada lainnya yang muncul bersamaan

dengan cahaya terdekat. Dari Nur Al-Aqrab (cahaya pertama) muncul cahaya

kedua, dari cahaya kedua muncul cahaya ketiga, dari cahaya ketiga timbul cahaya

keempat, dari cahaya keempat timbul cahaya kelima, dari cahaya kelima timbul

cahaya keenam, begitu seterusnya hingga mencapai cahaya yang jumlahnya

sangat banyak.


Pada setiap tingkat penyinaran setiap cahaya menerima pancaran langsung dari

Nur Al-Anwar, dan tiap-tiap cahaya dominator meneruskan cahayanya ke masing-

masing cahaya yang berada di bawahnya, sehingga setiap cahaya yang berada di

bawah selalu menerima pancaran dari Nur Al-Anwar secara langsung dan

pancaran dari semua cahaya yang berada di atasnya sejumlah pancaran yang

dimiliki oleh cahaya tersebut. Dengan demikian, semakin bertambah ke bawah

tingkat suatu cahaya maka semakin banyak pula ia menerima pancaran.

Karya-karya Suhrawardi diantaranya: kitab At-Talwihat al-Lauhiyyat al-

‘Arshiyyat, Al-Muqawamat, dan Hikmah al-‘Ishraq yang membahas aliran

paripatetik; Al-Lamahat, Hayakil al-Nur, dan Risalah fi al-‘Ishraq yang

membahas filsafat yang disusun secara singkat dengan bahasa yang mudah

dipahami; Qissah al-Ghurbah al Gharbiyyah, Al-‘Aql al-Ahmar, dan Yauman

ma’a Jama’at al-Sufiyyin’ ulasan penjelasan sufistik menggunakan lambang yang

sulit dipahami dan, Risalah al-Tair dan Risalah fi al-‘Ishq terjemahan dari

filsafat klasik, dan Al-Waridat wa al-Taqdisat berisi serangkaian do’a, dan lain-

lain.

2. Ibn Al-Adhim, Sejarawan Masyhur (588-660 H/ 1192- 1262 M)

Nama lengkapnya, Kamaluddin Abu al Qosim Umar bin Ahmad bin

Haibatullah bin Abi Jaradah Al Aqil, berasal dari bani Jaradah yang bermigrasi

dari Bashrah ke Allepo karena wabah penyakit. Al-Adhim lahir di Allepo,

ayahnya menjadi Qadhi Madzhab Hanafi di kota itu. Sejak tahun

616H/1219M, mulai mengajar di Allepo, setelah mendalami berbagai

pengetahuan di Allepo, Baitul Maqdis, Damaskus, Hijaz dan Irak.

Kemudian menjadi Qadhi di Allepo pada zaman Amir Al- Aziz dan Al-Nashir

dari dinasti Ayubiyah di Allepo, dan menjadi dubes kedua penguasa ini di

Baghdad dan Kairo.

Karya-karya Al-Adhim diantaranya, Zubdah al hallab min tarikh Hallaba,

Bughyah at Thalib fi Tharikh Halaba, tentang sejarah Allepo / Halaba yang

disusun secara alfabetik terdiri dari 40 juz atau 10 jilid.

Al-Adhim, melarikan diri ke Kairo hingga wafat, ketika tentara Mongol

menguasai halaba/ Allepo pada tahun 658 H / 1160 M.

3. Al-Bushiri, Sastrawan Penulis Qasidah

Burdah

Nama lengkapnya Sarafuddin Abu

Abdillah Muhammad bin Abdullah as

Shanhaji al Bushiri, lahir pada tahun 1212

M di Maroko. Al-Bushiri seorang sufi besar,

pengikut Thariqat Syadziliyah, dan menjadi

salah satu murid Sulthonul Auliya Syeikh

Abul Hasan Asy-Syadzily, r.a. Gurunya

yang lain beberapa ulama tasawuf seperti

Abu Hayyan, Abu Fath bin Ya’mari dan Al

‘Iz bin Jama’ah al Kanani Al Hamawi.

Sejak masa kanak-kanak, dididik olek ayahnya sendiri dalam mempelajati Al-

Qur’an untuk memperdalam ilmu agama dan kesusastraan Arab.

Al-Bushiri dikenal sebagai orang yang wara’ (takut dosa). Pernah suatu ketika

ia akan diangkat menjadi pegawai pemerintahan kerajaan Mesir, akan tetapi

melihat perilaku pegawai kerajaan membuatnya menolak.

Al-Bushiri lebih menonjol dalam bidang sasra dengan hasil karyanya yang

terkenal yaitu Kasidah Burdah yang diciptakannya pada abad 7 Hijrah dan dibaca

dalam berbagai acara. Kasidah Burdah adalah mutiara syair kecintaan kepada

Rasulullah. Puisi Pujian Al-Bushiri kepada Nabi tidak terbatas pada sifat dan

kualitas pribadi Nabi, tetapi mengungkap kelebihan Nabi yang utama yaitu

mukjizat Al-Quran.

Beberapa ulama sufi yang menjadi guru Al-Bushiri, diantaranya, terutama

pada bidang Imam Abu Hayyan, Abul Fath bin Sayyidunnas Al-Ya’mari Al

Asybali Al Misri pengarang kitab ‘Uyunul Atsar fi Sirah Sayyidil Basyar, Al ‘Iz

bin Jama’ah Al Kanani Al Hamawi salah seorang hakim di Mesir, dan masih

banyak lagi kalangan ulama besar Mesir yang memberikan ilmu pengetahuannya

kepada Al-Bushiri.

Al Bushiri sebenamya tak hanya, terkenal dengan karya Burdahnya saja. la

juga dikenal sebagai seorang ahli fikih, ilmu kalam dan ahli tasawuf.

4. Abdul Latief Al Baghdadi, Ahli Ilmu Mantiq (Logika)

Seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama Al-Azhar

lainnya, ahli ilmu mantiq, bayan, Hadist, fiqh, ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu

lainya, sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam pengembangan dan

penyebaran madzhab Sunni di Mesir.

5. Abu Abdullah Al Quda’i, Ahli Ilmu Fiqih

Ahli fiqih, hadis dan sejarah, beberapa karyanya adalah Asy Syihab (Bintang),

Sanadus Sihah (Perawi Hadis-Hadis Sahih), Manaqib al Imam Asy Syafi’i (Budi

Pekerti Imam Syafi’i), Anba’ Al Anbiya’ (Cerita Para Nabi), ‘Uyun al Ma‘arif

(Mata Air Ilmu Pengetahuan), Al Mukhtar fiz Zikir al Khutat wa Al Asar (Buku

Sejarah Mesir).

6. Para ilmuan muslim lainnya seperti :

Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi, seorang ahli geografi dan juga ahli

botani yang mencatat penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat an-

Nabat (Kitab kumpulan dan Tanaman). Ad-Dawudi, seorang ahli botani,

pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar Ma’rifah wa al-Ahjar wa al-

Asyjar (kitab komprehensif tentang Identifikasi Tanaman, Bebatuan, dan

Pepohonan). Syamsuddin Khalikan, seorang ahli sejarah yang mengarang kitab

wafiyyat al-‘Ayan. Abul Qosim al-Manfaluti, sosok ulama yang ahli dalam

bidang ilmu fiqih. Al Hufi, ilmuan ahli tata bahasa Arab. Abu Abdullah

Muhammad bin Barakat, ulama ahli nahwu (gramatika bahasa Arab) dan ahli

tafsir Al-Qur’an.


Read More

PEMIMPIN BESAR DAN ILMUWAN ISLAM MASA DAULAH AYYUBIYAH

PEMIMPIN BESAR DAN ILMUWAN ISLAM

MASA DAULAH AYYUBIYAH



Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi dikenal sebagai seorang pemimpin yang sangat

memperhatikan pendidikan dan kesejahteraan ekonomi rakyatnya. Ia begitu giat

mendorong studi keagamaan, membangun bendungan, menggali terusan, serta

mendirikan dan masjid.

Setelah Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi meninggal dunia, daerah kekuasaannya

yang begitu luas terbentang mulai dari sungai Tigris hingga sungai Nil. Dinasti

Ayyubiyah selama lebih kurang 79 tahun Daulah Al-Ayyubiyah berkuasa, terdapat 9

orang penguasa yakni sebagai berikut :

1. Sultan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (564-589 H/ 1171-1193 M)

2. Sultan Al-Aziz Imaduddin (589-596 H/1193-1198 M)

3. Sultan Al-Mansur Nasiruddin (595-596 H/ (1198-1200 M)

4. Sultan Al-Adil Saifuddin (596-615 H/1200-1218 M)

5. Sultan Al-Kamil Muhammad (615-635 H/ 1218-1238 M)

6. Sultan Al-Adil Saifuddin (635-637 H/ 1238-1240 M)

7. Sultan As-Saleh Najmuddin (637-647 H/ 1240-1249 M)

8. Sultan al-Mu’azzam Turansyah (647 H/ 1249-1250 M)

9. Sultan al-Asyraf Muzaffaruddin (647-650 H/ 1250-1252 M)

Diantara 9 (sembilan) penguasa tersebut terdapat beberapa penguasa yang

terkenal, yaitu : Sultan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M), Malik Al-

Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M), dan Malik Al-Kamil Muhammad

(1218-1238 M).


a. Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi (564-589 H/ 1171-1193 M)

 Biografi

Nama lengkapnya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi Abdul Muzaffar Yusuf

bin Najmuddin bin Ayyub. Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi.

Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah

(migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke

daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532

H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa benteng Seljuk di Tikrit. Saat

itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanky,

gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut

wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah

Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat

Raja Suriah Nuruddin Mahmud.

Pendidikan masa kecilnya, Shalahuddin dididik ayahnya untuk menguasai

sastra, ilmu kalam, menghafal Al Quran dan ilmu hadits di madrasah. Dalam

buku-buku sejarah dituturkan bahwa cita-cita awal Shalahuddin ialah menjadi

orang yang ahli di bidang ilmu-ilmu agama Islam (ulama). Ia senang

berdiskusi tentang ilmu kalam, Al-Qur’an, fiqih, dan hadist. Selain mempelajari ilmu-ilmu agama, Shalahuddin mengisi masa

mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah

itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di

Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni

selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana

Nuruddin. Dari kecil sudah terlihat karakter kuat

Salahudin yang rendah hati, santun serta penuh

belas kasih. Salahudin tumbuh di lingkungan

keluarga agamis dan dalam lingkungan keluarga

ksatria.

Dunia kemiliteran semakin diakrabinya setelah Sultan Nuruddin

menempatkan ayahnya sebagai kepala divisi milisi di Damaskus dan pada

umur 26 tahun, Shalahuddin bergabung dengan pasukan pamannya

(Asaduddin Syirkuh), dalam memimpin pasukan muslimin ke Mesir atas tugas

dari gubernur Suriah (Nuruddin Zangi), untuk membantu perdana menteri

Daulah Fathimiyah (Perdanana Menteri Syawar) menghadapi pemberontak

dan penyerbuan tentara salib. Misi tersebut berhasil Perdana menteri Syawar

kembali kepada kedudukannya semula tahun 560 H/1164 M.

Shalahuddin semakin menunjukkan kepiawaiannya dalam kepemimpinan.

Ia mampu melakukan mobilisasi dan reorganisasi pasukan dan perekonomian

di Mesir, terutama untuk menghadapi kemungkinan serbuan balatentara Salib.

Tiga tahun kemudian, ia menjadi penguasa Mesir dan Syria dan merevitalisasi

ekonomi, reorganisasi militer, dan menaklukan Negara-negara muslim kecil

untuk dipersatukan melawan pasukan salib.

Impian bersatunya bangsa muslim tercapai setelah pada September 1174

M, Shalahuddin berhasil menundukkan Daulah Fatimiyah di Mesir untuk

patuh pada kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Daulah Ayyubiyah yang

bermadzhab Sunni akhirnya berdiri di Mesir menggantikan Daulah Fathimiyah

yang berkuasa sebelumnya dan bermazhab syi’ah.

Pada usia 45 tahun, Shalahuddin telah menjadi orang paling berpengaruh

di dunia Islam. Selama kurun waktu 12 tahun, ia berhasil mempersatukan

Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia, wilayah barat jazirah Arab dan Yaman di

bawah kekhalifahan Ayyubiyah. Kota Damaskus di Syria menjadi pusat pemerintahannya. Shalahuddin wafat di Damaskus pada tahun 1193 M dalam

usia 57 tahun.

 Kepemimpinan

Selain itu Shalahuddin merupakan salah seorang Sultan yang memiliki

kemampuan memimpin, dibuktikan dengan caranya dalam memilih para

Wazir. Shalahuddin mengangkat para pembantunya (Wazir) orang-orang

cerdas dan terdidik diantaranya, Al-Qadhi Al-Fadhil dan Al-Katib Al-Isfahani.

Sementara itu sekretaris pribadinya bernama Bahruddin bin Syadad, yang

kemudian dikenal sebagai penulis biografinya.

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga tidak membuat kekuasaan terpusat di

Mesir. membagi wilayah kekuasaannya kepada saudara-saudara dan

keturunannya, sehingga melahirkan beberapa cabang dinasti Ayyubiyah

sebagai berikut:

1. Kesultanan Ayyubiyah di Mesir

2. Kesultanan Ayyubiyah di Damaskus

3. Kesultana Ayyubiyah di Aleppo

4. Kesultanan Ayyubiyah di Hamah

5. Kesultanan Ayyubiyah di Homs

6. Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafaiqin

7. Kesultanan Ayyubiyah di Sinjar

8. Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfa

9. Kesultanan Ayyubiyah di Yaman

10. Kesultana Ayyubiyah di Kerak

Dalam kegiatan perekonomian, ia bekerja sama dengan penguasa muslim

di wilayah lain dan menggalakan perdaganggan dengan kota-kota di laut

tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan.

Selain itu, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dianggap sebagai pembaharu di

Mesir karena dapat mengembalikan mazhab sunni. Untuk keberhasilannya,

Khalifah al-Mustadi dari Bani Abbasiyah memberi gelar Al-Mu’izz li Amiiril

mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah Al-Mustadi juga memberikan

Mesir, Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib sebagai wilayah

kekuasaan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat itulah Shalahuddin dianggap sebagai Sultanul Islam Wal Muslimiin (Pemimpin umat

Islam dan kaum muslimin).

Keperwiraan

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, dikenal sebagai perwira yang memiliki

kecerdasan tinggi dalam bidang militer. Pada masa pemerintahannya kekuatan

militernya terkenal sangat tangguh, diperkuat oleh pasukan Barbar Turki, dan

Afrika. Ia membangun tembok kota di Kairo dan bukit muqattam sebagai

benteng pertahanan. Salah satu karya monumental yang disumbangkannya

selama beliau menjabat sebagai Sultan adalah bangunan sebuah benteng

pertahanan yang diberi nama Qal’atul Jabal yang dibangun di Kairo pada

tahun 1183 M.

Kehidupan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi penuh dengan perjuangan

dalam rangka menunaikan tugas negara dan agama. Perang yang dilakukannya

dalam rangka membela negara dan agama. Shalahuddin seorang kesatria dan

memiliki toleransi yang tinggi.

 Ketika menguasai Iskandariyah, tetap mengunjungi orang-orang

Kristen

 Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia mengijinkan orang-

orang kristen berziarah ke Baitul Makdis.

Sebagai penguasa pertama Daulah Ayyubiyah, Shalahuddin Yusuf Al-

Ayyubi berusaha untuk menyatukan propinsi-propinsi Arab terutama di Mesir

dan Syam pada satu daulah kekuasaan. Usaha Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi

ini banyak mendapat tantangan dari orang-orang yang kedudukannya merasa

terancam dengan kepemimpinannya.

Maka usaha-usaha yang dilakukan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pertama

kali adalah menumpas segala bentuk pemberontakan dan memperluas wilayah

kekuasaannya dengan tujuan agar kekuatan umat Islam terorganisir dengan

baik dan mampu menangkal musuh. Usaha-usaha tersebut adalah:

a. Memadamkan pemberontakan Hajib, kepala rumah tangga Khalifah Al-

Adhid, sekaligus perluasan wilayah Mesir sampai selatan Nubiah (568

H/1173 M)

b. Perluasan wilayah Al-Ayyubiyah ke Yaman (569 H/1173 M).

c. Perluasan wilayah Al-Ayyubi ke Damaskus dan Mosul (570 H/1175 M).

Tujuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi menyatukan Mesir, Suriah, Nubah,

Yaman, Tripoli, dan wilayah-wilayah yang lainnya di bawah komando Al-

Ayyubiyah adalah terjadinya koalisi umat Islam yang kuat dalam melawan

gempuran-gempuran tentara salib. Usaha-usaha yang dilakukan oleh

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi tersebut menuai hasil yang gemilang.

Perang Salib yang terjadi pada masa Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah

Perang Salib periode kedua yang berlangsung sekitar tahun1144-1192 M.

Periode ini disebut periode reaksi umat Islam, terutama bertujuan

membebaskan kembali Baitul Maqdis (Al-Aqsha).

Berikut peperangan terpenting yang telah dilalui oleh Shalahuddin Yusuf al-

Ayyubi:

a. Pertempuran Shafuriyah (583 H/1187 M)

b. Pertempuran Hittin ( Bulan Juli 583 H/1187 M)

c. Pembebasan Al-Quds/Baitul Maqdis (27 Rajab 583 H/1187 M).

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah pahlawan besar bagi umat Islam.

Kecintaannya terhadap agama dan umat Islam telah menempatkan sebagian

lembaran hidupnya untuk menegakkan harga diri umat Islam. Kehadiran

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam perang salib merupakan anugerah.

Strategi yang dikembangkan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam

membangun koalisi umat Islam benar-benar telah menyatukan kekuatan umat

Islam dalam membela agamanya. Keperwiraan Shalahuddin terukir dalam

sejarah, tidak hanya diakui oleh kaum muslimin tetapi juga oleh kaum

Kristen.

b. Sultan Al-Adil Saifuddin (596-615 H /1200-1218 M)

Sering dipanggil Al-Adil, nama lengkapnya Al-Malik Al-Adil Saifuddin Abu

Bakar bin Ayyub, menjadi penguasa ke 4 Dinasti Ayyubiah yang memerintah

pada tahun 596-615 H/1200-1218 M berkedudukan di Damaskus. Beliau putra

Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara muda Shalahuddin Yusuf Al-

Ayyubi, dia menjadi Sultan menggantikan Al-Afdal yang gugur dalam

peperangan.

Al-Adil merupakan seorang pemimpin pemerintahan dan pengatur strategi

yang berbakat dan efektif.


Prestasi Al Malik Al-Adil antara lain :

1. Antara tahun 1168 – 1169 M mengikuti pamannya (Syirkuh) ekspedisi militer

ke Mesir

2. Tahun 1174 M, menguasai Mesir atas nama Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi,

sedangkan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi mengembangkan pemerintahan di

Damaskus

3. Tahun 1169 M, dapat memadamkan pemberontakan orang-orang Kristen

Koptik di Qift-Mesir

4. Pada tahun 1186-1195 M, kembali ke Mesir untuk memerangi pasukan Salib

5. Pada tahun 1192-1193 M, menjadi gubernur di wilayah utara Mesir

6. Pada tahun 1193 M, menghadapai pemberontakan Izzuddin di Mosul

7. Menjadi gubernur Syiria di Damaskus

8. Menjadi Sultan di Damaskus

c. Sultan Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)

Nama lengkap Al-Kamil, adalah Al-Malik Al-Kamil Nasruddin Abu Al-

Maali Muhammad. Al-Kamil adalah putra dari Al-Adil. Pada tahun 1218

Al-Kamil memimpin pertahanan menghadapi pasukan salib yang mengepung

kota Dimyat (Damietta) dan kemudian menjadi Sultan setelah ayahnya wafat.

Pada tahun 1219, hampir kehilangan tahta karena konspirasi kaum Kristen koptik.

Al-Kamil kemudian pergi ke Yaman untuk menghindari konspirasi itu, dan

konspirasi itu berhasil dipadamkan oleh saudaranya bernama Al-Mu’azzam yang

menjabat sebagai Gubernur Suriah.

Pada bulan Februari tahun 1229 M, Al-Kamil menyepakati perdamaian

selama 10 tahun dengan Frederick II, yang berisi antara lain:

 Ia mengembalikan Yerusalem dan kota-kota suci lainnya kepada pasukan salib

 Kaum muslimin dan Yahudi dilarang memasuki kota itu kecuali di sekitar

Masjidil Aqsa dan Majid Umar.

Selain itu beberapa peristiwa yang dialami Al-Malik Al-Kamil, antara lain:

1. Pada tahun 1218 M, memimpin pertahanan menghadapi pasukan Salib yang

mengepung kota Dimyat (Damietta)

2. Menjadi Sultan Dinasti Ayyubiyah pada tahun 1218 M, menggantikan Al-Adil

yang meninggal 

3. Pada tahun 1219 M, ia hampir kehilangan tahtanya.

4. Pada tahun 1219 M, kota Dimyat akhirnya jatuh ke tangan orang-orang Kristen

5. Al-Kamil telah beberapa kali menawarkan perdamaian dengan pasukan Salib yaitu

dilakukan perjanjian damai dengan imbalan :Mengembalikan Yerussalem kepada

pasukan Salib.

6. Membangun kembali tembok di Yerussalem yang dirobohkan oleh Al-Mu’azzam

saudaranya.

7. Mengembalikan salib asli yang dulu terpasang di Kubah batu Baitul Maqdis

kepada orang Kristen.

Al-Kamil meninggal dunia pada tahun 1238 M. Kedudukannya sebagai Sultan

digantikan oleh Salih Al-Ayyubi.

Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

About

Facebook

Popular Posts

Blog Archive

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

About

Copyright © Rumah Belajar Online | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com